Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Bentangalam Fluvial

Bentangalam fluvial merupakan satuan geomorfologi yang erat hubungannya dengan proses fluviatil. Sebelum lebih jauh membahas tentang bentang alam fluviatil lebih dahulu dibahas pengertian tentang proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam, baik fisika maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan. Di sini yang dominan adalah air yang mengalir secara terpadu/terkonsentrasi (sungai) dan air yang tidak terkonsentrasi (sheet water)
Tetapi alur-alur ada di lereng bukit atau gunung dan terisi air bila terjadi hujan bukan termasuk bagian dari bentang alam fluviatil, karena alur-alur tersebut berisi air sesaat setelah terjadinya hujan (ephemeral stream).
Sebagaimana dengan proses geomorfik yang lain, proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan.
           Sungai merupakan aliran air yang dibatasi suatu alur yang mengalir ke tempat / lembah yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi. Sungai termasuk sungai besar, sungai kecil maupun anak sungai.

Faktor-faktor Pembentuk Bentang Alam Fluvial
1. Proses erosi
Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
gambar 1. umumnya dalam proses erosi terjadi beberapa cara sekaligus
seperti Abrasi yang dibarengi dengan Scouring
(http://www.pbsenv.com/wp-content/uploads/proj_gerber_01.jpg)
  • Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
  •  Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
  •  Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander.
  •  Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.

Berdasarkan Arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :
a)      Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
b)      Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
c)      Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level.
Erosion base level ini dapat dibagi menjadi :
a)      ultimate base level yang base levelnya berupa permukaan air laut
b)    temporary base level yang base levelnya lokal seperti permukaan air danau, rawa, dan sejenisnya.
          Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif  bila media yang bersangkutan mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level.
gambar 2. kurva Hjulstrom yang mengidentifikasi bahwa kecepatan aliran sungai mempengaruhi
jenis material yang terangkut. Jumlah dan ukuran dari matereial yang terangkut
mempengaruhi tingkat erosi tubuh sungai
(http://images.slideplayer.com/23/6644947/slides/slide_13.jpg)
2. Proses Transportasi
adalah proses perpindahan / pengangkutan material oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi
Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :
  •  stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh aliran sungai
  • stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai.

Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum melalui 2 mekanisme, yaitu mekanisme bed load dan suspended load .
gambar 3. ilustrasi mengenai mekanisme pengangkutan
material pada fluida (aliran sungai) yang mengalir
(https://s-media-cache-ak0.pinimg.com)
Mekanisme bed load : pada proses material-material tersebut terangkut sepanjang dasar sungai, dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain :
  • Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai.
  • Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai.
  • Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.

Mekanisme suspended load : material-material terangkut dengan cara melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :
  • Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.
  • Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan kimia.

3. Proses sedimentasi
Proses sedimentasi terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hillir ukuran butir material yang diendapkan semakin halus.

Macam-Macam Bentuk Lahan Asal Fluvial
a. Sungai Teranyam (Braided Stream)
gambar 4. Braided Stream             
(http://www.geo.oregonstate.edu/~lancasts/alaskapics.html)
Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar, alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya endapan gosong tengah yang banyak, maka alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini disebut juga anastomosis.


b. Bar deposit
gambar 5. Bar Deposit                   
(http://www.geology.ohio-state.edu)
adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi atau tengah dari alur sungai. Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong tengah (channel bar) dan endapan pada tepi disebut gosong tepi (point bar).Bar deposit ini bisa berupa kerakal, berangkal, pasir, dll.


c. Dataran banjir ( Floodplain) dan Tanggul alam (Natural levee)
gambar 6. diagram Floodplain & Natural Levee
(http://www.uwsp.edu/geO/faculty/ozsvath/images/natural_levees.jpg)
Sungai stadia dewasa mengendapkan sebagian material yang terangkut saat banjir pada sisi kanan maupun kiri sungai, seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.


d. Kipas Aluvial (alluvial fan)
gambar 7. Kipas Aluvial (Alluvial Fan)
(http://pencariilmu-goresantinta.blogspot.com)
Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik.

e. Meander
gambar 8. Meander sungai
(http://serc.carleton.edu/eyesinthesky2.html)
bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah.

f. Danau tapal kuda
gambar 9. Danau Tapal Kuda
(http://www.daviddarling.info/encyclopedia/O/oxbow_lake.html)
Danau Tapal Kuda atau yang dikenal sebagai Oxbow Lake adalah suatu bentanglahan yang terbentuk jika lengkung meander terpotong oleh pelurusan air. Pemotongan ini disebabkan oleh aliran sungai yang mengalir sepanjang waktu dan mengerosi area pada lengkung meander. Bentuklahan ini umumnya terbentuk pada bagian hilir sungai, contohnya adalah sungai Citarum (Jawa Barat), Bengawan Solo, Lamandau (Kalimantan Tengah), dsb.

g. Delta
gambar 10. Delta suatu muara sungai dilihat dari citra satelit
(http://earthobservatory.nasa.gov)
Delta adalah endapan yang dibuat di muara sungai di mana sungai yang mengalir ke dalam laut, muara, danau, waduk, rata gersang daerah, atau ke sungai. Delta dibentuk dari endapan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai dari hulu ke suatu tempat perairan yang lebih luas, hal ini dikarenakan adanya akibat dari berkurangnya laju aliran air yang membawa partikel sedimen pada saat memasuki danau atau laut. Karena tertahannya laju arus sungai tersebut terjadilah penumpukan atau pengendapan partikel sedimen di tempat pertemuan sungai dan wilayah perairan tersebut. Partikel yang mengendap ini lama-lama akan membentuk sebuah gundukan sedimen yang berbentuk seperti sebuah delta (segitiga) seperti delta Sungai Mississippi Ural yang menyerupai bentuk kaki burung. Gundukan ini pun akan bertambah besar dan muncul ke permukaan perairan dan membentuk suatu daratan baru.

Bentang Alam Fluvial dalam Peta Topografi

Dalam peta topografi standar, sebagian dari bentangalam fluvial tidak terekspresikan, terutama yang berukuran kecil (bentuklahan), misalnya gosong sungai, tanggul alam. Sebagian bentang alam yang berukuran besar dapat terekspresikan dalam peta topografi, misalnya kipas aluvial
gambar 11. kenampakan alur sungai pada peta topografi nyaris
menyerupai kenampakan lembah, hal ini dikarenakan
air sungai yang mengalir melalui dataran rendah seperti lembah
(https://endrosambodo1984.files.wordpress.com/2012/03/gunung_kontur1.jpg)
Dalam peta topografi alur sungai tampak jelas dengan pola kontur yang khas, ditandai oleh kontur yang meruncing ke arah hulu sungai.
Aplikasi Daerah-daerah yang termasuk bentang alam fluvial merupakan daerah yang sangat potensial untuk dimanfaatkan bagi kehidupan manusia, khususnya di sekitar aliran sungai. Daerah sekitar aliran sungai merupakan daerah yang potensial sebagai penyedia air irigasi, air minum, dan material pasir batu yang dapat dijadikan sebagai bahan bangunan. daerah aliran sungai juga bisa menjadi sesumber bencana seperti banjir, dan tanah longsor. Analisa terhadap bentang alam ini dapat memberikan informasi tentang kondisi geologi suatu daerah, yang akan terekspresikan dalam pola penyaluran dan bentukan bentang alam lokal, seperti kipas alluvial, dataran banjir, dan sejenisnya. Analisa tersebut juga akan memberikan informasi tentang stadia daerah maupun stadia erosi daerah yang terkait, yang akan memberikan kontribusi pemikiran dalam rencana pengembangan wilayah.

Post a Comment

0 Comments