Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Asal Pembentukan Batu Permata, Sumber dan Proses Pemolesannya

Batu permata adalah sebutan untuk kristal mineral jenis apapun yang dihargai karena keindahannya, daya tahan terhadap berbagai kondisi serta kelangkaannya. Batu permata dalam gemologi dan dunia perhiasan tidak hanya meliputi intan, batu zamrud, safir dan rubi yang umum dikenal masyarakat pada umumnya, beberapa material non kristal yang terbentuk dari sumber-sumber organik seperti mutiara, koral merah dan amber juga diklasfisikasikan sebagai batu permata dan masih banyak spesimen lainnya yang relatif masih jarang diketahui. 

Pembentukan batu permata,seperti batu zamrud, dipengaruhi oleh kondisi geologi di suatu daerah. Mineral beril   adalah penyusun utama dari emerald
Pembentukan batu permata,seperti batu zamrud, dipengaruhi oleh kondisi geologi di suatu daerah. Mineral beril adalah penyusun utama dari emerald (sacredsource.com.au)

Artikel ini akan menjelaskan informasi mengenai batu permata yang telah lama melekat dengan kehidupan manusia, selain klasifikasinya, proses pembentukan batu permata dalam konsep geologi juga akan diuraikan. Informasi tersebut dibagi ke dalam beberapa sub topik:

  • Pengelompokan Batu Permata: Batu Mulia dan Semi Mulia
  • Proses Geologis Pembentukan Batu Permata
  • Cara untuk Menemukan Batu Permata
  • Teknik Pemolesan Batu Permata
  • Metode untuk Menentukan Keaslian Suatu Batu Permata
  • Contoh Batu Permata yang Telah Dikenal Masyarakat

Batu permata telah menarik perhatian umat manusia sejak dahulu kala dan telah lama dimanfaatkan dan dibentuk dalam berbagai macam perhiasan. Hal yang utama dari sebuah batu permata adalah keindahannya. Karakter ini bisa dilihat dari warna maupun ketiadaan warnanya, dengan kata lain, baik permata berwarna transparan ataupun merah menyala sama-sama dapat menarik perhatian. Karakter warna, asterism (kenampakan bentuk bintang dalam cahaya yang terpantul), chatoyance (kenampakan suatu kilap yang dapat berubah-ubah dan berkas cahaya berwarna putih yang bergelombang dan kecil), pola serta kilap adalah fitur-fitur yang dapat membuat batu permata menjadi indah. Suatu permata juga harus memiliki daya tahan, terutama ketika dipoles sehingga batu permata harus mampu bertahan dalam proses pemolesan dengan berbagai teknik dan alat dalam waktu yang tidak singkat.

Dalam penggunaannya sebagai perhiasan, batu permata oleh berbagai peradaban di dunia dipercaya memiliki daya magis dan menyimpan kekuatan misterius. Masing-masing batu permata memiliki kekhasiatan yang berbeda-beda, namun terkadang juga diantaranya memiliki kekhasiatan yang serupa. Sebagai contoh batu intan dipercaya memberikan kekuatan bagi penggunanya dalam medan pertempuran dan melindungi dari gangguan roh-roh halus serta sihir. Kepercayaan ini masih bertahan hingga zaman modern dimana intan kerap dikenakan sebagai birthstone.

Di antara lebih dari 2000 kristal mineral alami yang teridentifikasi, kurang dari 100 mineral dimanfaatkan sebagai batu permata dan hanya 16 mineral saja yang memiliki nilai penting. Mineral-mineral yang dimaksud adalah: beril, krisoberil, korundum, intan, felspar, garnet, giok (jade), lazurit, olivin, opal, kuarsa, spinel, topas, turmalin, pirus dan zirkon. Beberapa mineral tersebut dapat terbentuk menjadi lebih dari satu batu permata, beril misalnya, dapat ditemukan sebagai emerald (batu zamrud) atau aquamarine. Sementara mineral korundum bisa terbentuk menjadi rubi atau safir. Namun yang perlu diingat, mineral-mineral tersebut harus diproses terlebih dahulu sebelum dapat menjadi perhiasan.

Indonesia memiliki beragam kekayaan sumber daya geologi, salah satunya adalah batu permata yang dapat ditemukan   di seluruh kepulauan Indonesia. Salah satunya adalah batu jasper dengan warna dominan hijau serta batu permata lainnya dari desa Nian, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT
Indonesia memiliki beragam kekayaan sumber daya geologi, salah satunya adalah batu permata yang dapat ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia. Salah satunya adalah batu jasper dengan warna dominan hijau serta batu permata lainnya dari desa Nian, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT (dok. pribadi)

Pengelompokan Batu Permata: Batu Mulia dan Semi Mulia

Batu permata seperti yang dikenal secara umum terbagi menjadi dua kelompok utama, yakni batu mulia dan batu semi mulia pada pertengahan tahun 1800an. Kedua terminologi ini dengan cepat menjadi populer dan saat ini digunakan di seluruh dunia. Para ahli dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia permata dan perhiasan sangat familiar dengan istilah ini, termasuk juga di Indonesia. Namun, kata mulia dan semi mulia kerap mengundang kontroversi, beberapa orang tidak menyukainya karena menganggap semua jenis batu permata adalah mulia.

Batuan mulia dapat diketahui berdasarkan kualitas, kelangkaan dan keindahan warnanya. Hingga saat ini dikenal hanya ada empat batuan mulia saja, yakni intan, safir, rubi dan zamrud. Dengan demikian, batu permata lainnya disebut sebagai batu semi mulia.

Perbedaan di antara kedua jenis batuan ini juga diketahui berdasarkan tingkat kekerasannya dalam skala Mohs, atau tingkat ketahanannya terhadap goresan. Suatu batuan punya tingkat kekerasan yang lebih tinggi dari batu yang lainnya apabila dapat menggores batu yang lainnya tersebut. Hanya intan yang dapat mengores sesama intan. Namun batu mulia ini tetap bisa mengalami keretakan bila diberi tekanan yang sangat kuat.

Tingkat kekerasan batu permata diukur berdasarkan skala Mohs mulai dari 1 hingga 10. Intan memiliki nilai 10, rubi dan safir bersama-sama bernilai 9 (karena keduanya berasal dari mineral korundum) sedangkan zamrud bernilai 7,5-10. Keempat batu permata ini dianggap sebagai material yang paling keras. Walaupun demikian, semua batu tersebut tetap mudah rusak sehingga butuh penanganan yang khusus.

Beberapa orang percaya jika istilah semi mulia itu membingungkan, merendahkan dan tidak relevan sehingga seharusnya tidak digunakan lagi. Istilah yang harusnya digunakan adalah batu mulia dan batu permata lainnya. Sayangnya, menghentikan penggunaan istilah ini hampir sangat tidak mungkin. Lebih dari 150 tahun, sebutan ini telah digunakan dalam banyak literatur. Hingga hari ini terminologi tersebut selalu muncul berulang-ulang dalam ribuan buku, majalah, artikel elektronik dan dokumen lainnya yang dipublikasikan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di dunia industri batu permata dan perhiasan, kantor pemerintah dan institusi-institusi atau pusat penelitian gemologi yang paling berpengaruh.

Problematika Penggunaan Istilah Batu Mulia dan Semi Mulia

Apakah dengan demikian batu mulia berarti lebih berharga, langka, indah dan lebih diinginkan banyak orang? Pengelompokan ini mungkin membuat beberapa orang berpikir bahwa batu mulia lebih berharga dibandingkan batu semi mulia dengan beragam alasan. Berikut ini adalah masalah-masalah yang timbul di masyarakat karena penggunaan terminologi tersebut.

Masalah nilai atau harga

Pada tahun 2004 Aurora Australis Opal terjual seharga 1 juta dolar, 5.500 dolar untuk setiap karatnya. Jade cabochons bernilai tinggi dengan ukuran 8x10 mm, berat 2,5 karat dapat dijual paling tinggi senilai 25.000 dolar. Permata yang diproses dari beril warna merah terjual dengan harga lebih dari 10.000 dolar per karatnya.

Batu-batu permata ini memiliki harga yang lebih tinggi tiap karatnya dibandingkan dengan batu mulia untuk tiap satuannya yang terjual di pasar Amerika Serikat. Harga batu semi mulia tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan setiap intan yang memiliki nilai karat yang sama. Contoh ini menjadi bukti yang cukup jelas bahwa batu semi mulia dapat mendatangkan keuntungan yang lebih.

Masalah Kelangkaan (Scarcity)

Banyak batu semi mulia yang pada kenyataannya lebih langka dibandingkan dengan batu mulia. Beril merah, ammolite, benitoite, gem silica, demantoid garnet, tsavorite garnet, tanzanit, ametrin dan sejumlah batu semi mulia lainnya hanya dapat ditemukan pada lokasi tertentu saja dan diproduksi dalam jumlah yang sedikit dibandingkan dengan batu mulia. Contoh batuan semi mulia di atas sangat langka, namun tidak serta merta membuat batu-batuan tersebut dianggap “mulia”.

Masalah Keindahan dan Daya Tarik

Keindahan dan daya tarik pada suatu batuan permata adalah dua hal yang bersifat subjektif. Masing-masing orang memiliki pendapat yang berbeda mengenai batu permata yang indah dan menarik. Hal ini dapat dicoba, tanyakan pendapat orang-orang secara acak mengenai keindahan dan daya tarik dari antara batuan permata berikut: intan, rubi, safir, zamrud dan opal. Akan sangat mungkin bagi opal, yang notabene merupakan batu semi mulia, mendapat lebih banyak perhatian dan lebih menarik dibandingkan dengan batuan mulia lainnya.

Batu pirus tidak termasuk dalam kelompok batu mulia, namun permata yang didominasi warna biru ini tidak kalah   indahnya. Foto tiara atau mahkota ini milik Marie Louise yang diberikan sebagai hadiah dari Napoleon Bonaparte
Batu pirus tidak termasuk dalam kelompok batu mulia, namun permata yang didominasi warna biru ini tidak kalah indahnya. Foto tiara atau mahkota ini milik Marie Louise yang diberikan sebagai hadiah dari Napoleon Bonaparte (thejewelryloupe.com)

Masalah Perbedaan Kelas

Lebih lanjut lagi, istilah mulia dan semi mulia tidak menunjukkan kelas suatu batuan. Kelas atau tingkat kualitas adalah pengukuran umum mengenai kualitas suatu batu permata dan daya jualnya dengan mempertimbangkan warna, kemurnian dan harga potensial. Beberapa batu mulia seperti intan, safir, zamrud dan rubi dengan kualitas yang rendah menyebabkan harga jualnya menjadi rendah juga, bahkan cukup rendah sehingga sejumlah besar batuan semi mulia akan memiliki harga yang lebih tinggi.

Oleh karena alasan-alasan tersebut, istilah batu mulia dan batu semi mulia menjadi tidak berarti, tidak konsisten. Bila suatu ketika kedua istilah tersebut tiba-tiba menghilang dari kamus dunia batuan permata dan perhiasan, dirasa tidak akan memberi pengaruh yang begitu berarti. Mungkin ada baiknya kedua istilah tersebut dihilangkan, namun karena sudah mengakar kuat penggunaannya dalam dunia industri maupun umum tentunya usaha ini akan menjadi hampir mustahil untuk dilakukan.

Proses Pembentukan Batuan Permata

Sebagian besar batuan permata terbentuk dalam kerak Bumi, kurang lebih 4,8 hingga 40 kilometer dari permukaan Bumi. Intan dan peridot malahan terbentuk di dalam kerak yang lebih dalam. Intan terbentuk di dalam pipa intrusi kimberlit yang terbentuk di dalam mantel Bumi (lebih dari 201 km) dan kemudian muncul ke permukaan. Magma cair bergerak melalui pipa ini hingga mencapai permukaan dalam bentuk lava yang kemudian mendingin. Namun, bila lava pembawa intan ini tidak mencapa permukaan, maka ia akan mendingin dengan perlahan dan mengalami kristalisasi yang kemudian membentuk mineral-mineral berbutir kasar.

Ilustrasi pipa kimberlit yang terbentuk dari sistem gunung api purba yang telah mengalami pelapukan sehingga   hanya menyisakan korok dimana sumber intan biasa ditemukan
Ilustrasi pipa kimberlit yang terbentuk dari sistem gunung api purba yang telah mengalami pelapukan sehingga hanya menyisakan korok dimana sumber intan biasa ditemukan (everythingselectric.com)

Batuan beku juga terbentuk melalui proses pendinginan dan kristalisasi magma di bawah permukaan Bumi (baik secara intrusif maupun plutonik), batuan ini juga bisa terbentuk ketika aliran lava bergerak menuju permukaan (secara ekstrusif maupun vulkanik). Kristal-kristal yang saling mengunci (interlocking) bertumbuh dalam batuan beku intrusif dan dapat membentuk batuan permata tertentu berdasarkan unsur-unsur kimia yang ada, waktu pembekuan dan kondisi sekitarnya. Semakin lambat proses pendinginan magma (yang biasanya terjadi jauh di dalam Bumi), maka permata yang terbentuk akan semakin besar, begitu pula sebaliknya.

Batuan permata yang terbentuk dalam batuan beku, seperti batuan dari kelompok kuarsa (ametis, citrine, ametrine, dsb) dan garnet, moonstone, apatit, intan, spinel, tanzanit, turmalin, topas serta zirkon. Sebagian dari batuan permata tersebut terbentuk dalam pegmatit dan urat-urat hidrotermal yang secara asal muasal berhubungan dengan pembentukan batuan beku.

Batuan sedimen membentuk mineral-mineral yang tertransportasi seperti giok, malakit, opal dan zirkon. Batuan sedimen terbentuk ketika suatu batuan terdisintegrasi (akibat erosi atau pelapukan) kemudian fragmen-fragmennya akan terbawa oleh air atau angin hingga akhirnya mengalami kompresi di suatu cekungan sedimen dari waktu ke waktu.

Batuan metamorfik terbentuk ketika tekanan dan temperatur bawah permukaan mengubah kondisi suatu batuan. Mineral-mineral dari kelompok beril (zamrud, morganite dan aquamarine), jade, lapis lazuli, spinel, rubi, safir dan zirkon terbentuk dalam batuan metamorfik.

Cara untuk Menemukan Batu Permata

Pertambangan intan adalah suatu proses industrialisasi. Intan biasanya ditambang dengan teknik penggalian parit yang menggunakan alat-alat berat, mesin penggali dan truk pengangkut untuk mengekstrak intan dari pipa-pipa kimberlit. Penambangan batuan permata selain intan memiliki cara yang berbeda.

Penambangan untuk batuan mulia biasanya memakan waktu yang lama dan sulit mengingat sumber cadangannya yang terbatas dan ketika ditemukan cenderung memiliki jumlah yang kecil. Selain itu batuan mulia ini umumnya tersebar acak dalam batuan di wilayah yang luas. Teknik pertambangan modern sulit diterapkan dengan kondisi tersebut ditambah jumlah cadangannya yang terlampau kecil tentunya tidak akan memberikan keuntungan besar bagi penambangan skala besar. Namun dalam beberapa tahun belakangan ini, beberapa perusahaan tambang besar mulai memasuki pasar tambang batuan permata dengan strategi baru yang memanfaatkan teknik pertambangan modern.

Kegiatan penambangan manual yang dilakukan masyarakat lokal di Madagaskar, Afrika. Para penambang berusaha   menemukan batu safir menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul dan ayakan
Kegiatan penambangan manual yang dilakukan masyarakat lokal di Madagaskar, Afrika. Para penambang berusaha menemukan batu safir menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul dan ayakan (http://archive.boston.com)

Teknik Pemolesan Batu Permata

Terkecuali untuk intan yang memiliki tingkat kekerasannya yang tinggi, umumnya batu permata diproses melalui salah satu dari tiga cara berikut. Agat, opal, jasper, onix, kalsedon (semuanya memiliki tingkat kekerasan 7 dalam Skala Mohs) dapat dipoles dengan teknik tumbling. Batu-batu ini akan ditempatkan di dalam sebuah tabung silinder bersama dengan air dan material abrasif seperti silikon karbida. Tabung silinder kemudian diputar menggunakan motor mesin dalam waktu yang dibutuhkan. Hasilnya, batuan yang diproses dengan teknik ini akan menjadi halus namun sudut-sudutnya tidak beraturan.

Cara pemolesan kedua, batu-batuan yang sama diproses menggunakan teknik en cabochon atau mesin gerinda khusus kemudian dipoles menggunakan air atau roda penghalus yang digerakkan motor mesin. Cara ketiga, batu permata dengan tingkat kekerasan lebih dari 7 dalam skala Mohs akan dipotong dengan sebuah gergaji carborundum, kemudian dijepitkan ke dalam holder (dop) lalu ditekan ke sebuah lathe yang dapat dibuat berputar dengan kecepatan tinggi. Lathe memiliki suatu titik atau lempengan bulat kecil terbuat dari besi lunak yang diameternya bervariasi, mulai dari sebesar ujung paku hingga seperempat inci. Lempengan ini dapat diisi dengan material carborundum, debu intan atau material abrasif lainnya bersama dengan minyak. 

Masyarakat desa Nian memanfaatkan sumber daya batu permata yang ditemukan di sekitar desa sebagai batu hias.   Proses pemolesan dasar dilakukan dengan mesin gerinda dan teknik yang sederhana
Masyarakat desa Nian memanfaatkan sumber daya batu permata yang ditemukan di sekitar desa sebagai batu hias. Proses pemolesan dasar dilakukan dengan mesin gerinda dan teknik yang sederhana (dok. pribadi)

Dalam beberapa kasus, kilau dan warna batu permata juga turut diproses agar terlihat lebih kuat. Umumnya tiga metode berikut digunakan dalam proses tersebut: pemanasan dalam kondisi yang terkontrol, penyinaran menggunakan sinar X atau radium; penggunaan pigmen warna atau kertas berwarna ke bagian dasar faset.

Di masa kini beragam batu permata sintetik, termasuk rubi, safir dan zamrud bisa diproduksi melalui proses tertentu. Dua metode berikut yang biasanya digunakan: metode pertama melibatkan proses pertumbuhan kristal dari suatu larutan kimia tertentu. Sedangkan metode lainnya yakni membuat kristal terbentuk dari material-material penyusun mineral yang dilelehkan.

Metode untuk Menentukan Keaslian Suatu Batu Permata

Sama seperti emas, batu permata sintetik dapat disalahkaprahi sebagai permata yang asli. Faktor penting lainnya untuk menentukan nilai suatu batu permata adalah dengan mengetahui dari mana asal batuan tersebut, baik secara geologis dan geografis yang tentunya tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan pengamatan sederhana belaka.

Energy Dispersive X-Ray Fluorescence (EDXRF) adalah perangkat yang penting untuk menentukan keaslian suatu batu permata dan lokasi sumber asalnya. Berdasarkan kondisi geologisnya, batu permata mulia seperti rubi, zamrud atau safir yang berasal dari lokasi yang berbeda biasanya menunjukkan suatu karakteristik dalam bentuk kombinasi dari unsur-unsur kimia dalam konsentrasi yang berbeda. Sebagai contoh, identifikasi dan kuantifikasi dari unsur-unsur tersebut dapat melacak asal suatu zamrud hingga lokasi aslinya seperti Kolombia, Brazil, Afganistan, Zambia atau Zimbabwe. Begitu pula kehadiran unsur-unsur tertentu juga membantu untuk membedakan batuan permata berharga yang terbentuk secara alami, seperti rubi dan kristal rubi sintetik yang kurang berharga.

Energy Dispersive X-Ray Fluorescence (EDXRF) merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menentukan keaslian   dan sumber asal suatu batu permata. Alat ini akan menguraikan kandungan kimia di dalam permata yang menjadi   petunjuk originalitas
Energy Dispersive X-Ray Fluorescence (EDXRF) merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menentukan keaslian dan sumber asal suatu batu permata. Alat ini akan menguraikan kandungan kimia di dalam permata yang menjadi petunjuk originalitas (http://ritmindustry.com)

Contoh Batu Permata yang Telah Dikenal Masyarakat

Berikut ini adalah sedikit contoh dari batuan permata semi mulia yang sudah cukup dikenal masyarakat.

Batu Agat

Agat adalah salah satu varian kalsedon, wujud kripto kristalin dari kuarsa. Warna dan pola seperti warna transparan, inklusi yang membentuk pola seperti lumut, dsb adalah karakter khas agat sebagai pembeda dengan varian kalsedon lainnya. Agat memiliki banyak macam warna yang indah karena dipengaruhi oleh unsur seperti oksidasi besi, mangan, titanium, krom, nikel dan elemen lain di dalamnya. Semua jenis agat akan berubah menjadi indah setelah dipoles sehingga kerap dijadikan perhiasan. Para ahli perhiasan memanfaatkan keindahan agat untuk membuat berbagai macam perhiasan yang unik dan menarik.

Agat adalah salah satu varian dari kalsedon. Batu permata ini dicirikan dengan pola khas susunan warna  konsentris
Agat adalah salah satu varian dari kalsedon. Batu permata ini dicirikan dengan pola khas susunan warna konsentris (britannica.com)

Pola warna pada agat dapat berupa pola yang seragam atau lapisan warna dengan susunan membulat/konsentris. Inklusi dalam bentuk lumut (mossy) atau tulang daun (dendritik) terkadang menciptakan kesan visual tumbuhan hidup atau pemandangan alam tertentu. Variasi dari agat sendiri ditentukan berdasarkan pola warna, inklusi atau sumber asalnya (locality)

  • Agat lumut (Moss agates): India, Skotlandia, Barat Laut Amerika Serikat
  • Scenic agates: Taman Nasional Yellowstone, Wyoming, Montana
  • Agat berlapis (banded agates): Uruguai, Madagaskar, Meksiko, Amerika Serikat
  • Lace agates: Meksiko, Namibia, Arizona
  • Agat api (fire agates): Meksiko
  • Agat fosil kayu (petrified wood): Arizona, New Mexico, California, Washington, Oregon dan berbagai negara di benua Eropa serta banyak lokasi lainnya.

Apatit

Kelompok mineral apatit dapat ditemukan secara melimpah di berbagai belahan dunia. Sebagai informasi, tulang dan gigi manusia secara umum tersusun oleh salah satu varian apatit yang dikenal sebagai hidroksilapatit. Sebagai kolofan, suatu varian kripto kristalin dengan jumlah besar yang terbentuk di suatu lokasi sumber, apatit juga berperan sebagai mineral pembawa fosfor dengan jumlah paling besar.

Blue Brazilian apatites dan variasi lainnya yang memiliki warna neon biru-hijau, yang mirip dengan Paraiba tourmalines, adalah varian apatit yang memiliki harga paling tinggi. Peringkat yang sama juga dimiliki oleh spesimen apatit yang kaya warna ungu dan langka dari Maine. Oleh karena apatit relatif rapuh, maka untuk menutupi kekurangan ini para ahli perhiasan biasanya memberikan polesan yang paling indah, selain juga untuk meningkatkan daya jualnya. Seperti batu permata lainnya, saturasi warna, ukuran dan kecemerlangan adalah faktor penentu nilai jual batu semi mulia ini.

Apatit memiliki beragam warna yang indah. Pemanfaatannya sebagai permata dan perhiasan telah cukup dikenal luas
Apatit memiliki beragam warna yang indah. Pemanfaatannya sebagai permata dan perhiasan telah cukup dikenal luas (gemsociety.org)
 

Berikut beberapa varian apatit dan sumber asalnya:

  • Apatit biru-hijau: Madagaskar (neon biru-hijau); Arendal, Norwegia (varian moroksit); Gravelotte, Afrika Selatan
  • Apatit hijau: Kanada (diperdagangkan dengan nama triliumit); India; Kenya; Madagaskar; Mozambik; Myanmar; Portugal dan Spanyol
  • Apatit transparan: Jerman; Italia; Myanmar
  • Apatit mata kucing (Cat’s eye apatit): Brazil; India; Myanmar; Sri Lanka; Tanzania.

Batu Pirus (Toska)

Secara kimia, toska atau batu pirus adalah suatu struktur kripto kristalin agregat pospat tembaga/aluminium yang terhidrasi. Hanya satu sumber yang diketahui menghasilkan pirus berwarna transparan hingga tembus pandang di dunia, yakni Lynch, Virginia, US (spesimen dari lokasi ini diketahui sangat langka dan punya nilai jual yang tinggi). Secara lebih rinci, permata dari lokasi ini terbentuk sebagai sumber opak dalam wujud nodul, urat dalam batuan induk atau sebagai lapisan tipis pada permukaan batuan. Pirus berukuran besar selalu berwujud opak.

Warna permata ini dikenal beragam, mulai dari biru hingga biru-hijau serta hijau kekuningan, tergantung dari jumlah jejak unsur lain di dalamnya. Warna hijau pada pirus dipengaruhi oleh unsur krom dan vanadium, sedangkan unsur besi memberi warna kuning.

Batu pirus biasanya terbentuk pada lingkungan yang kering, dimana air tanah bergerak melalui batuan kaya alumina di sekitar endapan tembaga. Seperti azurit, malakit dan opal, pirus adalah mineral sekunder yang terbentuk dari interaksi antara mineral-mineral yang ada sebelumnya dengan larutan yang kaya unsur kimia. Produksi komersial batu pirus terbesar saat ini berasal dari Amerika Utara dan Cina. Lokasi sumber toska lainnya adalah Iran, Mesir, Tiber, Australia, Chili, Brazil dan Afganistan.

Batu pirus atau toska dapat dikenali dengan mudah dari warna biru toskanya yang dominan. Warna dan pola dari   batu ini dipengaruhi oleh kandungan lainnya seperti besi, krom, vanadium dsb.
Batu pirus atau toska dapat dikenali dengan mudah dari warna biru toskanya yang dominan. Warna dan pola dari batu ini dipengaruhi oleh kandungan lainnya seperti besi, krom, vanadium dsb. (amazon.co.uk)

Kuarsa

Mineral kuarsa tergolong sebagai salah satu material alami yang paling banyak pemanfaatannya bagi kehidupan manusia masa kini, salah satunya sebagai batu permata dan perhiasan yang tidak kalah indahnya. Dengan senyawa kimia yang terdiri dari satu bagian silikon dan dua bagian oksigen atau biasa menyebutnya silikon dioksida (SiO2), bahan alami ini keberadaannya juga paling berlimpah dan hampir dapat ditemukan dengan kuantitas dan kualitas tertentu di seluruh muka bumi.

Contoh mineral-mineral kuarsa dengan beragam warna dan bentuk yang berbeda. Searah jarum jam dari kiri ke   kanan:kuarsa mawar, citrine, smoky quartz, ametis dan batu kristal
Contoh mineral-mineral kuarsa dengan beragam warna dan bentuk yang berbeda. Searah jarum jam dari kiri ke kanan:kuarsa mawar, citrine, smoky quartz, ametis dan batu kristal (C. Klein dan A. Philpotts)

Mineral ini umumnya berwarna putih atau tidak berwarna, serta mempunyai kilap kaca atau yang dikenal sebagai kilap vitreous (dari kata Latin vitrum yang berarti kaca). Variasi warna kristal ini masing-masing memiliki nama yang spesifik. 

  • Ametis – memiliki beragam kombinasi warna violet (ungu)
  • Kuarsa mawar (rose quartz) – berwarna merah terang atau merah muda dan umumnya berstruktur masif
  • Smoky quartz – berwarna kuning keabu-abuan, coklat hingga abu-abu gelap
  • Citrine – dicirikan dengan warna kuning terang hingga oranye kecoklatan, sangat mirip dengan kristal mineral topas
  • Batu kristal – umumnya tidak berwarna atau transparan jernih

Informasi lebih lengkap mengenai proses pembentukan kuarsa dan komponen kristalnya dapat dilihat pada artikel Pembentukan Mineral Kuarsa, Komposisi serta Kegunaannya

Zirkon

Zirkon (zirconium silicate ZrSiO4) tidak memiliki susunan material yang sama dengan batu permata zirkonia (zirconium oksida, ZrO2). Karena kekeliruan yang tidak kunjung terklarifikasi itulah zirkon telah lama digunakan sebagai tiruan intan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Tingkat kekerasan dan ketahanannya terhadap panas mineral ini sama dengan intan. Bahkan beberapa jenis zirkon yang tidak berwarna (bening) sering disalahkaprahi sebagai intan oleh beberapa ahli permata. Mineral ini  memiliki beberapa variasi warna:coklat kemerah-merahan, kuning, bening. Variasi warna seperti biru laut juga bisa didapat melalui proses pemanasan lebih lanjut.

Beberapa jenis zirkon yang ditemukan mengalami metamictization sehingga mengandung unsur uranium dan thorium. Dampak dari radiasi internal ini menyebabkan perubahan pada struktur Kristal dan secara bertahap menghasilkan varian zirkon yang berbeda. Perubahan yang terjadi meliputi berat jenis batuan yang bertambah, perubahan pada struktur kristal dan warna.

Mineral-mineral dari kelompok zirkon memiliki banyak pemanfaatan salah satunya sebagai permata. Tingkat   kekerasan dan daya tahan terhadap panas mineral ini hampir sama dengan intan
Mineral-mineral dari kelompok zirkon memiliki banyak pemanfaatan salah satunya sebagai permata. Tingkat kekerasan dan daya tahan terhadap panas mineral ini hampir sama dengan intan (lettera43.it)

 

Sumber:

https://rocktumbler.com/tips/semiprecious-precious/
https://www.britannica.com/science/gemstone
https://www.gemsociety.org/gemstone-encyclopedia/
https://www.leysen.eu/en/news/what-are-the-differences-between-precious-and-semi-precious-stones
https://www.thermofisher.com/blog/mining/where-did-those-gemstones-come-from/

 

 

 

 

Post a Comment

0 Comments