Definisi
Inti dari konsep
likuifaksi adalah suatu kondisi dimana material lepas (unconsolidated) berubah karena proses liquified (berasal dari bahasa Inggris yang secara harafiah berarti
peluluhan/pencairan), yakni transformasi material berbutir dari kondisi solid
menjadi cair sebagai akibat dari peningkatan tekanan air pada pori-pori
material (Youd, 1973). Konsep
ini kemudian berkembang meliputi
berbagai manifestasi dari likuifaksi mulai dari deformasi
akibat induksi yang terjadi pada endapan-endapan sungai dan semi-perairan
dangkal pada umumnya dan aplikasi kriteria dalam menetapkan asal muasal gempa.
Likuifaksi lebih mungkin terjadi pada soil/liotologi
tersaturasi air yang belum terkonsolidasi dengan porositas yang rendah, seperti lempung pasiran atau pasir dan kerikil halus. Selama gempa bumi terjadi lapisan pasir yang
belum terkonsolidasi akan
cenderung mengalami penyusutan volume. Pada waktu yang sama terjadi
peningkatan tekanan air pada pori-pori batuan dan menyebabkan penurunan pada kekuatan geser batuan tersebut, yakni pengurangan pada efffective stress.
gambar 1. Kondisi fisik material sedimen lepasan, antara yang tersaturasi air dan yang mengalami likuifaksi (anonim) |
Menemukan
fitur yang disebabkan oleh paleolikuifaksi tidak selalu mudah, karena proses
pengendapan yang terus terjadi kemungkinan akan menutup kenampakan tersebut. Dengan demikian jejak likuifaksi hanya akan teramati pada singkapan-singkapan alami seperti pinggir sungai yang tererosi, atau pada lokasi ekskavasi buatan. Metode geofisika seperti resitiviti, induksi elektromagnetik dan radar penembus tanah yang
(ground-penetrating radar) yang dianggap
cukup baik untuk menemukan posisi struktur likuifaksi di bawah permukaan.
gambar 2. Hubungan antara ukuran butir "vs" volume material berukuran halus dalam kerentanannya terhadap likuifaksi (Tsuchida dan Hayashi, 1971) |
Kekuatan getaran pemicu gempa kuat terjadi
saat percepatan horizontal (horizontal acceleration) berada pada urutan 0,1g untuk gempa bumi yang kuat, bahkan pada sedimen sangat rentan terhadap getaran (Ishihara dalam McCalpin, 2002:499). Data dari seluruh dunia mengenai sejarah
kegempaan menunjukkan bahwa likuifaksi
dapat terbentuk pada magintud gempa paling rendah sekitar 5 Mw. Namun, secara
umum gempa berkekuatan 5,5-6 Mw merupakan batas terendah terbentuknya
likuifaksi (Ambraseys, 1988).
Magnitude gempa atau disingkat Mw, adalah istilah yang
digunakan baik untuk menyatakan moment
magnitude atau magnitude gelombang permukaan. Tingkat kekuatan getaran gempa bumi
magnitud (Mw) bergantung pada kondisi tektonik tertentu. Contohnya: tingkat
getaran dari gempa bumi akibat pergerakan subduksi umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan getaran yang disebabkan oleh pergerakan kerak bumi. Hal ini
disebabkan karena perbedaan kekuatan pada komposisi litologi pada zona-zona
rapuh dan jarak dari
sumber gempa. Durasi getaran
gempa bumi juga nampak secara signifikan. Gempa bumi akibat akibat subduksi
umunya berdurasi sedikit lebih lama dari gempa akibat pergerakan kerak bumi
lainnya).
Penyebab
dan proses terbentuknya
Kondisi yang terjadi selama proses terbentuknya
likuifaksi dinyatakan ke dalam rumus keteknikan berikut ini:
Modulus geser pasir
menurun bersamaan dengan turunnya tegangan efektif. Kekuatan geser pasir
menurun dengan (tegangan efektif)
tan φ. Dengan begitu tanah berpasir
menjadi melunak (mencair). Pada kasus yang ekstrim, tegangan efektif menjadi
nol. Tegangan efektif adalah ketika terjadi adanya gaya kontak antar butiran
pasir. Tegangan efektif nol menyatakan tidak adanya gaya kontak tersebut.
Sehingga butiran pasir benar-benar mengapung bebas dalam air. Sehingga pasirpun
menjadi seperti mencair. Oleh karenanya, ketika hal itu terjadi maka tanah
tersebut tidak mampu menoppang beban diatasnya dan menyebabkan amblasnya
bangunan, miring ataupun longsor.
Yoshimi dan Tokimatsu
(1977) menyebutkan bahwa tekanan air pori yang terjadi pada lapisan tanah di
bawah bagian tengah bangunan lebih kecil daripada di bagian tepi struktur.
Berdasarkan uji model laboratorium dan pengamatan lapangan selama gempa Niigata
pada 1964, peningkatan tekanan air pori pada lapisan tanah pasir di bawah
bangunan menyebabkan penurunan bangunan akan semakin besar. Bangunan yang lebih
berat akan mengalami penurunan yang kecil bila dibandingkan dengan bangunan
yang lebih ringan.
Salah satu aspek
positif dari fenomena likuifaksi adalah kecenderungan efek getaran gempa yang mengalami peredaman secara signifikan. Hal ini dikarenakan sifat cairan yang tidak mendukung tegangan geser. Sehingga setelah tanah mengalami likuifaksi karena getaran gempa, getaran gempa yang datang berikutnya (bergerak nelalui tanah dalam bentuk shear waves) tidak akan menggetarkan/mengguncang tubuh
bangunan di sekitar permukaan tanah.
0 Comments