Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Filum Porifera




Filum Porifera

  •  Hewan diploblastik (memiliki dua lapisan tubuh, yaitu ektoderm dan endoderm).
  • Terdapat pori-pori atau rongga pada tubuhnya yang disebut spongosol sebagai alan masuk air yang membawa makanan.
  • Memiliki tiga buah saluran air, yaitu askon, sikon, dan leukon.
  •  Belum memiliki jaringan (parazoa)
  • Lapisan tubuh bagian luar tersusun oleh sel-sel epidermis berbentuk pipih dan berdinding tebalyang disebut pinakosit (sebagai kulit luar) dan sel-sel koanosit (lapisan dalam) yang berbentuk seperti corong berflagela
  • Habitat di perairan, terutama di air laut
  • Sistem reproduksi ada dua, yaitu:

ü  Reproduksi aseksual, dilakukan dengan pembentukan kuncup tunas dan gemmule (tunas internal)
ü  Reproduksi seksual, yaitu melalui proses fertilisasi yang dilakukan dengan pembentukan arkeosit yang mengandung sperma dan ovum 

(a) bagian-bagian tubuh dari porifera, (b) porifera pada ekosistem laut dangkal
(sumber: biologyjournal.com, 2009)

Klasifikasi Porifera
Berdasarkan zat penyusun spikula (rangka), hewan porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu:

1.      Calcarea
Calcarea merupakan jenis porifera yang memiliki spikula yang terbuat darizat  kapur (kalsium karbonat). Umumnya hidup di air laut yang dangkal. Contoh : Grantia, Leucosolenica, Scypha, dan Clathrina.
2.      Hexactinellida
Jenis porifera ini memiliki spikula yang terbuat dari zat kersik (silikat). Hidup di laut bagian dalam. Contoh: Eupectella, Pheromena sp..
3.      Demospongiae
Demospongiae memiliki spikula yang terbuat dari zat kersik dan protein (spongin) atau hanya spongin saja. Tubuhnya lunak (tidak memiliki skeleton) dan hidup di laut yang dangkal. Contoh: Euspongia officinalis (spons mandi), Spongilia, dan Haliclona.



 Contoh fosil phylum porifera. (a) ukuran setangan, (b) singkapan di lapangan
(sumber: paleoecologycenter.au.com, 2011)


Phylum Coelenterata (hewan berongga)
Nama Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelos yang berarti rongga dan enteron yang berarti usus.
Ciri-ciri Coelenterata:
  • Tubuh simetri radial dan diploblastik
  • Rongga tubuh berfungsi sebagai usus
  • Memiliki tentakel yang berfungsi untuk menangkap atau melumpuhkan mangsa
  • Pada tentakel dilengkapi dengan sel knidoblast/knidosit yang mengandung sel penyengat (nematoksis)
  • Pengambilan gas O2 dan gas CO2 dilakukan secara difusi (sistem respirasi)
  • Habitat di perairan (air tawar/laut)
  • Tubuhnya mengalami metagenesis menjadi dua tipe, yaitu:
ü  Tipe polip, yaitu tipe tubuh yang hidupnya tidak bebas atau menempel pada substrat tertentu.
ü  Tipe medusa (seperti payung), yaitu tipe yang dapat hidup bebas (dapat berenang).
  •  Sistem reproduksinya yaitu:
ü  Reproduksi aseksual, melalui pembentukan tunas/kuncup yang menempel pada hewan induknya.
ü  Reproduksi seksual melalui fertilisasi eksternal, yaitu dengan penyatuan sperma dengan sel telur hingga membentuk zigot.

 (a) coelentearata tipe medusa, (b) tipe polip
(sumber: biologyjournal.com, 2009)

Klasifikasi Coelenterata
Coelenterate diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu:
1.      Hydrozoa
Umumnya berbentuk polip, baik berkoloni maupun tidak. Beberapa ada yang berbentuk medusa. Di dalam koloni, terdapat dua jenis polip, yaitu polip bertentakel dan tanpa tentakel. Contoh: Hydra, Obelia, dan Physalia.
2.      Scypozoa
Fase medusa lebih dominan  dari fase polip, tetap ada juga yang berbentuk polip. Contoh: Cyanea dan Crysaora fruttecens.

3.      Anthozoa
Hanya memiliki bentuk polip dengan ukuran yang lebih besar dari pada dua jenis yang lain. Bentuk tubuh menyerupai bunga dan merupakan pemebentuk anemone laut atau terumbu karang. Contoh: Tubastera, Turbinaria, dan Urticina.




 Contoh fosil porifera. Hanya porifera tipe polip yang tersusun dari mineral karbonat dan silikat yang dapat menjadi fosil, sedang yang bertipe medusa tidak
(sumber : paleobiologyfans.com, 2010)
Kegunaan Porifera dan Coelenterata
  • Keberadaan kedua fosil phylum ini amat menjadi salah satu fokus para geologist untuk menemukan sumber minyak bumi, karena habitat tempat kedua kelompok organisme ini hidup merupakan ekosistem untuk organisme laut lainnya, sehingga amat memungkinkan bila endapan jasad renik biocoenose terendapkan bersama dengan fosil kelompok ini
  • Fosil kedua phylum ini yang terkubur jauh pada basin sedimentasi dapat digunakan untuk mengestimasi tingkat kedewasaan thermal bumi, yang merupakan faktor kunci untuk menemukan keberadaan cebakan minyak/gas alam
  • Keberadaan fosil mereka juga dapat membantu identifikasi paleoklimatologi, karena ketepatan temperatur untuk berkembangnya organisme ini hanya terjadi pada daerah tropis-subtropis. Dan paleoceanogrfi, terlebih pada tingkat keasaman air laut, tubuh organisme ini tersusun oleh kalsium karbonat dan sebagian kecil silika, sehingga membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk hidup dan berkembang.
  • Keberadaan kedua phylum masa kini juga menjadi bioindikator lingkungan laut; mulai tingkat keasaman, keberadaan organisme benthonic yang biasa menjadi polip, yang akan mengintepretasi kesehatan lingkungan laut tersebut

Sumber:
www.ucmp.berkeley.edu/porifera/porifera.html
www.wikipedia.com/porifera.html
Rahardian, Renan, dan Azni Ananda. Mini Book Mater Biologi SMA. WahyuMedia. Jakarta. 2012.
Ruppert, E. E. and R. D. Barnes. 1995. Sponges and Placozoans. In Invertebrate Zoology: Sixth
Edition. pp. 73- 94. Saunders College Publishing, New York.

Post a Comment

1 Comments