Magma
“Kue Panekuk” di Bawah Danau Toba
Lava dalam
jumlah besar yang dihasilkan selama proses super erupsi terakumulasi selama
lebih dari jutaan tahun sebelum akhirnya akan terbentuk pada kerak bumi.
Reservoir ini terdiri dari magma yang mengintrusi ke dalam kerak dalam bentuk
lapisan-lapisan horisontal, terlampar pada bagian atas tiap lapisan satu dengan
lainnya, seperti tumpukan kue panekuk.
(sumber:cikalnews.com)
Sebuah tim geosains dari Novosibirsk, Paris, dan
Postsdam mencoba mencari jawaban dari masalah dalam ilmu kebumian ini. Para
ahli kebumian mencoba mencari jawaban dari manakah asal material dalam jumlah
besar yang diinjeksikan dari kaldera raksasa selama super erupsi berlangsung
sesungguhnya terbentuk. Pada kasus ini bukan soal ukuran erupsi vulkanik yg
besar dari gunung Pinatubo dan St. Helens, namun di sini kita lebih fokus pada
suatu peristiwa mahadahsyat: kaldera Toba pada zona subduksi Sumatra di
Indonesia yang terbentuk dari satu erupsi vulkanik paling dahsyat dalam sejarah
bumi masa kini, sekitar 74.000 tahun lalu. Erupsi tersebut memuntahkan 2.800 km2
material vulkanik dengan dampak perubahan terhadap iklim dan lingkungan yang lalu
mengalami perubahan dramatis. Setelah peristiwa tersebut terbentuklah danau
Toba yang memiliki panjang 80 km. Para ilmuwan tertarik untuk menemukan:
bagaimana bisa material eruptible dalam jumlah besar mampu membentuk misalnya
sebuah super vulkano yang terakumulasi pada kerak bumi? Apakah kejadian ini
hanya terjadi sekali dalam seribu tahun lalu atau dapat terulang kembali?
gambar 2. diagram yang menunjukkan
struktur bagian dalam dari kaldera Toba. Terlihat kumpulan sill (intrusi atau magma yang menerobos kerak bumi dengan orientasi
horisontal atau memotong perlapisan kerak bumi) yang berlapis-lapis seperti ‘kue
panekuk’ yang dianalogikan oleh para peneliti
(sumber:livescience.com)
Ahli kebumian dari GFZ (Pusat penelitian Jerman
untuk Geosains) berhasil memasang sebuah jaringan seismometer pada daerah
sekitar Toba untuk mengungkap pertanyaan-pertanyaan tersebut lalu
menginformasikan data penyelidkan pada semua ahli kebumian yang berpartisipasi
melalui arsip data GEOFON. Ahli kebumian GFZ, Christoph Sens-Schonfelder, salah
seorang dari tim studi kasus menjelaskan: “dengan sebuah metode seismologi kita
akan mampu untuk menginvestigasi struktur dalam dari reservoir magma di bawah
kaldera Toba. Kami menemukan bahwa bagian tengah dari kerak di bawah
supervolkano Toba memiliki bentuk yang berlapis-lapis secara horizontal”.
Jawaban atas pertanyaan kami semula kemudian dapat ditemukan dalam struktur
reserrvoir. Di tempat ini, pada kedalaman 7 km pada kerak bumi akan dijumpai struktur
yang terdiri atas banyak intrusi magma yang umumnya berlapis secara horizontal
dan masih menyimpan material cair.
Teknik
baru dalam seismologis
Telah
diperkirakan bahwa magma dalam jumlah besar yang terinjeksi selama erupsi
supervulkano secara perlahan telah terakumulasi selama lebih dari beberapa juta
tahun dengan bentuk sebagai hasil perubahan posisi tubuh intrusi. Hal ini
sekarang dapat dipastikan melalui hasil perhitungan di lapangan. Para ahli
kebumian GFZ menggunakan metode seismologis yang baru dalam pengukuran ini.
Periode selama lebih dari 6 bulan ini mereka telah merekam getaran seismik
sekitar area, getaran alami yang biasanya dianggap sebagai sinyal-sinyal
pengganggu. Dengan sebuah pendekatan statistik para ilmuwan menganalisis data
dan menemukan bahwa kecepatan gelombang seismik di bawah Toba bergantung pada
arah pemotongan gelombang pada kerak bumi. Di atas kedalaman 7 km deposit dari
erupsi terakhir membentuk sebuah zona dengan kecepatan yang rendah. Di bawah
kedalaman ini anisotropi seismik disebabkan oleh intrusi yang berlapis-lapis
secara horizontal yang membentuk struktur reservoir seperti sebuah tumpukan kue
panekuk. Hasil intepretasi ini berdasarkan data seismik.
Supervulkano
Tidak hanya di
Indonesia, namun juga di beberapa tempat di dunia terdapat supervulkano yang
serupa, yang mengalami erupsi setiap beberapa ribu tahun sekali tetapi dalam
skala erupsi gigantik. Karena ukurannya gunung-gunungapi tersebut tidak
membentuk tubuh gunung melainkan menghasilkan rupa dengan kawah raksasa yang
terbentuk selama erupsi, yakni kaldera. Beberapa supervulkano lain yang dikenal
adalah area taman nasional Yellow Stone, gunung-gunungapi di Andes, dan kaldera
danau Taupo di Selandia Baru. studi hari ini membantu untuk memahami lebih baik
tentang proses dinamika gunungapi yang menuju pada pemahaman supererupsi.
gambar 3.Perbandingan material erupsi
yang dihasilkan oleh supervulknao dunia. Supervulkano Toba menduduki peringkat
paling atas
(sumber:coolgeography.co.uk)
Referensi:
K.
Jaxybulatov, N. M. Shapiro, I. Koulakov, A. Mordret, M. Landes, C.
Sens-Schonfelder. Sebuah komplek sill magmatis besar di bawah kaldera Toba.
Ilmu pengetahuan, 2014:346 (6209);617 DOI:10.1126/science.1258582
Catatan:
artikel di atas berdasarkan pada materi yang diberikan oleh Helmholtz Centre
Postdam-GFZ Pusat Penelitian Jerman untuk Geosains.
Diterjemahkan
dari : www.geologypage.com
0 Comments