Ukuran butir klastik yang
diameternya melebihi 2 mm dapat dikelompokkan sebagai kerikil, kerakal,
berangkal dan bongkah. Gravel (suatu endapan yang didominasi oleh material butir
berukuran lebih dari 2mm) yang telah mengalami proses konsolidasi menjadi batu
yang kompak disebut konglomerat, dan
pemerian nama secara deskripstif akan dilakukan seperti pada umumnya dengan
mengamati ukuran butir yang dominan; jika secara dominan ukuran butirnya
berukuran 64 mm dan 256 mm maka akan disebut sebagai konglomerat berangkal.
Istilah Breksi umumnya digunakan
untuk konglomerat yang tersusun atas butir yang memiliki bentuk menyudut. Dalam
suatu kondisi tertentu penting untuk mencermati perbedaan antara endapan breksi
yang terbentuk akibat proses sedimentasi dengan breksi tektonik yang terbentuk
dari proses fragmentasi batuan pada zona sesar. Campuran antara endapan yang
memiliki bentuk butir bulat dan menyudut terkadang disebut juga sebagai breksi konglomerat. Namun tidak jarang
pula istilah rudit atau me-rudit (rudaceous) juga digunakan, istilah
ini memiliki arti yang sama dengan konglomerat atau me-konglomerat.
Breksi yang terbentuk dari kumpulan fragmen menyudut yang terlitifikasi |
2.2.1 Komposisi gravel dan
Konglomerat
Pemahaman yang lebih mendalam
mengenai karakter endapan gravel atau konglomerat diperoleh dengan mengetahui
jenis fragmen yang menyusun batuan tersebut. Bila semua fragmen berasal dari
litologi yang sama (mis. Granit), maka disebut monomik. Suatu endapan atau konglomerat dianggap bersifat polimik
bila memiliki fragmen yang bersumber dari berbagai macam litologi, terkadang
istilah oligomik secara sedikit
lebih spesifik digunakan untuk menyebut suatu konglomerat dengan fragmen yang
tersusun atas dua atau tiga jenis batuan yang berbeda.
Hampir semua jenis batuan dapat
dijumpai sebagai fragmen sebagai endapan gravel dan konglomerat. Hal ini
dipengaruhi dari sifat resistensi batuan
terhadap proses penghancuran secara fisik maupun kimia, batuan yang memiliki
tingkat resistensi lebih tinggi cenderung akan umum dijumpai sebagai fragmen
dalam konglomerat. Faktor-faktor yang mengontrol tingkat resistensi batuan
termasuk dalamnya adalah mineral yang menyusun batuan dan sifat mineral
tersebut terhadap proses penghancuran secara kimia ataupun fisik di alam.
Sebagai contoh, batupasir ketika tererosi akan cenderung hancur menjadi fragmen
atau partikel berukuran pasir, hal ini disebabkan sementasi antar
butiran-butiran pada batupasir yang lemah. Faktor terpenting yang mengontrol
keberagaman jenis fragmen batuan pada suatu konglomerat adalah batuan induk
atau batuan asal yang mengalami erosi. Fragmen batugamping ditemukan menyusun
suatu endapan gravel bila daerah sumbernya hanya tersusun oleh batuan induk
berupa batugamping. Dengan mengetahui jenis fragmen pada konglomerat, maka
dapat ditentukan darimana sumber fragmen batuan tersebut berasal.
2.2.2 Tekstur konglomerat
Sangat jarang untuk dijumpai
suatu lapisan konglomerat yang seluruhnya hanya tersusun atas material
berukuran gravel. Diantara fragmen kerikil, kerakal, berangkal dan bongkah akan
hampir selalu terisi oleh material yang lebih halus seperti pasir berukuran
halus hingga lumpur: material halus ini disebut sebagai matriks. Bila jumlah matriks yang menyusun lebih dari 20% maka akan
disebut konglomerat pasiran atau konglomerat lempungan, tergantung dari
ukuran dari matrik yang diidentifikasi. Konglomerat
intraformasional (intraformational
conglomerate) adalah istilah digunakan untuk menyebut suatu konglomerat
yang tersusun atas fragmen dan matriks yang berasal dari jenis batuan yang
sama. Batuan ini terbentuk akibat proses reworking suatu sedimen yang
terlitifikasi segera setelah terendapkan.
Nomenklatur untuk mendeskripsikan gabungan antara gravel, pasir dan lumpur pada material sedimen dan batuan sedimen |
Jumlah matrik yang ditemukan pada
batuan sedimen memiliki arti penting dalam tekstur batuan sedimen konglomerat,
yakni untuk mengetahui jenis sortasi ukuran butir. Konglomerat biasanya
dibedakan berdasarkan atas: clast-supported (dominan fragmen),
yakni dengan mudah dapat diidentifikasi melalui kenampakan fragmen yang saling
menyentuh satu sama lain. Matrix-supported (dominan matrik)
dimana material matrik secara dominan terlihat mengelilingi fragmen batuan.
Istilah ortokonglomerat (orthoconglomerate) terkadang digunakan
juga untuk menyebut konglomerat dengan fragmen yang dominan, sedangkan parakonglomerat (paraconglomerate) untuk matrik yang dominan. Identifikasi jenis
tekstur menjadi hal yang penting terutama untuk mengetahui bagaimana proses
transportasi dan deposisi suatu batuan terjadi.
Tingkat sortasi ukuran fragmen
pada suatu konglomerat juga dapat menjadi hal yang penting dalam interpretasi proses pengendapannya. Sebagai gambaran, di dalam air yang
mengalir krakal akan lebih mudah bergerak daripada brangkal, keduanya jenis
fragmen tersebut membutuhkan energi yang lebih kecil untuk bergerak bila
dibandingkan dengan bongkah. Suatu endapan yang tersusun atas bongkah yang
di atasnya diendapkan brangkal dan kemudian kerikil dapat diduga terbentuk pada
suatu aliran air yang arusnya melemah dari waktu ke waktu. Cara interpretasi
seperti ini adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan proses
transportasi dan pengendapan batuan sedimen.
2.2.3 Bentuk butir
Bentuk fragmen pada gravel dan konglomerat ditentukan
oleh karakter pecahannya dari batuan asal dan bagaimana batuan tersebut
mengalami transportasi. Batuan yang memiliki bidang pecahan sama pada setiap
sisinya disebut kubik atau equant, apabila fragmen bentuk ini
mengalami pengikisan pada tiap sudutnya maka akan menjadi bentuk bulat atau spherical. Batuan dasar yang terdisintegrasi
menjadi bentuk lempeng atau pipih, seperti pada batu gamping atau batu pasir
berlapis akan membentuk fragmen dengan satu sumbu yang lebih pendek dari dua
suku lainnya, bentuk tersebut dikenal sebagai oblate (bulat pipih) dan discoid
(pipih). Fragmen berbentuk balok atau prolate sangat jarang dijumpai. Bentuk
tersebut biasanya berasal dari batuan metamorfik dengan karakter belahan linear
yang kuat.
Bentuk-bentuk fragmen batuan, equant dan discoid adalah bentuk yang paling umum dijumpai |
ketika fragmen discoid/pipih
bergerak dalam air yang mengalir terjadi kecendrungan untuk membentuk suatu susunan
yang membentuk suatu orientasi yang dikenal sebagai imbrikasi. Imbrikasi fragmen batuan ini membentuk suatu susunan
pada posisi yang paling stabil di dalam arus air, dimana sisi yang pipih dari fragmen
batuan berada dalam posisi miring searah dengan aliran. Susunan ini membuat
aliran air dapat bergerak menuju hulu melalui fragmen-fragmen batuan dengan
mudah. Sebaliknya, ketika ditemukan fragmen batuan dalam posisi miring melawan
arah aliran hal tersebut dikarenakan terjadi re-orientasi oleh aliran/arus yang
pada sisi fragmen batuan.
Hubungan antara imbrikasi dan arah aliran pada saat terjadinya pengendapan fragmen batuan |
Arah imbrikasi dari kerakal pipih pada suatu
konglomerat dapat digunakan untuk mengindikasi arah aliran yang mengendapkan
konglomerat tersebut. Jika fragmen discoid juga memiliki bentuk memanjang, maka
orientasi dari sumbu yang terpanjang dapat membantu untuk menentukan karakter
dari proses pengendapan: fragmen yang diendapkan oleh aliran air akan cenderung
diendapkan dengan sumbu panjangnya berorientasi tegak lurus terhadap aliran,
namun sebaliknya pada fragmen yang diendapkan oleh proses glasiasi sumbu
panjangnya akan berorientasi sejajar dengan aliran es.
0 Comments