Butiran pasir terbentuk dari proses penghancuran dari
batuan yang telah ada sebelumnya akibat erosi dan pelapukan, serta dari
material yang terbentuk dalam suatu lingkungan pengendapan. Hasil dari proses penghancuran
batuan terbagi menjadi dua kelompok: butiran
mineral detritus (detrital mineral
grains), yakni material yang berasal dari hasil erosi batuan yang telah ada
sebelumnya, dan umumnya berukuran pasir. Fragmen
batuan (lithic fragments), yakni butiran-butiran
yang terbentuk dalam suatu lingkungan pengendapan, yang secara umum berasal
dari material organik, yaitu sisa tumbuhan atau hewan, namun ada juga yang
berasal dari hasil reaksi kimia.
Pasir didefinisikan sebagai suatu endapan yang
terdiri secara umum oleh butiran yang berukuran mulai dari 63 µm hingga 2 mm. Sedangkan
batupasir merupakan suatu batuan sedimen yang memiliki ukuran butir pasir. Ukuran
butiran pasir terbagi menjadi 5 interval, yaitu sangat halus, halus, sedang,
kasar dan sangat kasar. Perlu diketahui bahwa penamaan batupasir ataupun pasir
merujuk hanya pada ukuran dari partikel yang menyusunnya. Meskipun banyak batupasir
yang umumnya tersusun atas butiran kuarsa.
Istilah batupasir tidak secara langsung mengimplikasikan jumlah kuarsa
yang dikandungnya, bahkan beberapa jenis batupasir tidak mengandung kuarsa sama
sekali. Begitu pula dengan istilah arenit
(arenite), yakni batupasir yang
mengandung matrik kurang dari 15%, kondisi ini tidak sama sekali
mengimplikasikan komposisi khusus klastika yang menyusunnya. Kata sifat arenaceous
(pasiran) digunakan untuk mendeskripsikan suatu bantuan yang mengandung
pasir atau pasiran. Arenit secara etimologi berasal dari bahasa latin yang
berarti pasir. Istilah “arena” juga digunakan untuk mendeskripsikan suatu area/stadion
yang memiliki lantai berpasir.
Butiran pasir yang diamati melalui mikroskop (sumber: medium.com/science-friday-spoonfuls) |
2.3.1 butiran
mineral detritus dalam pasir dan batupasir
Terdapat berbagai macam mineral-mineral berbeda yang
ditemukan dalam pasir dan batupasir. Sub-bab ini hanya akan menjelaskan
mineral-mineral yang umumnya dijumpai menyusun pasir dan batupasir.
Kuarsa
Kuarsa adalah mineral yang paling umum yang ditemukan
dalam bentuk butiran pada batupasir dan batu lanau. Kuarsa menjadi komponen
utama pada granit, yang juga terbentuk dalam jumlah yang terbatas pada batuan
beku berkomposisi intermediet. Namun, kuarsa tidak dapat dijumpai terbentuk
pada batuan bersifat basa. Batuan metamorf seperti gneis yang terubah dari
batuan berkomposisi granitik, serta sejumlah besar batuan meta sedimen berbutir
kasar adalah contoh lain batuan yang mengandung kuarsa dalam jumlah besar. Kuarsa
juga terbentuk dalam wujud urat kuarsa (quartz
vein) yang terbentuk dari hasil presipitasi fluida panas yang berasosiasi
dengan proses pembentukan batuan beku dan proses metamorfosis batuan. Kuarsa
adalah mineral yang sangat stabil dan resisten terhadap dekomposisi kimia di
muka bumi. Butiran kuarsa dapat hancur atau terabrasi selama proses
transportasi. Namun dengan tingkat kekerasan 7 dalam skala mohs, hal ini menyebabkan butiran kuarsa akan tetap utuh
sekalipun dalam proses transportasi yang panjang dan dalam waktu yang panjang. Variasi
kuarsa dalam ukuran spesimen tangan (hand
specimen) sangat terbatas. Beberapa variasi kuarsa yang terbentuk
dikelompokkan berdasarkan warna seperti smokey
quartz, milky quartz dan ametis, namun pada umumnya mineral ini jernih
tidak berwarna.
Felspar
Batuan beku merupakan kelompok batuan yang paling
banyak mengandung felspar sebagai komponen utama. Feldspar sangat umum dijumpai
karena keberadaannya dalam jumlah sangat besar terjadi sehubungan dengan proses
pelapukan terhadap batuan granit, andesit dan gabro. Serta pada beberapa batuan
metamorf seperti sekis dan gneis. Namun, felspar sangat rentan terhadap
alterasi kimia selama proses pelapukan, dan menjadi lunak dibandingkan kuarsa.
Kondisi ini menyebabkan felspar cenderung lebih mudah mengalami abrasi dan
hancur selama proses transportasi. Mineral ini keterdapatannya melimpah pada
lingkungan dimana proses pelapukan kimia batuan asal terjadi dalam kondisi tidak
intens, serta berada pada jalur transportasi menuju lokasi pengendapan yang
relatif dekat. Potassium feldspar biasanya ditemukan dalam bentuk butiran
detritus. Sedangkan sodium dan kalsium felspar memiliki bentuk yang lebih
beragam. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki susunan kimia yang lebih stabil sehingga
lebih resisten terhadap pelapukan.
Mika
Dua jenis mineral mika yang umum dijumpai adalah biotit dan muskovit. Kedua mineral ini ditemukan relatif berlimpah dalam
bentuk butiran detritus pada batupasir, meskipun muskovit dikenal lebih
resisten terhadap pelapukan. Kedua mineral tersebut berasal dari batuan beku
berkomposisi granitik hingga intermediet, serta dari sekis dan gneis dimana
keduanya terbentuk sebagai mineral metamorfik. Butiran mika yang berbentuk pipih memiliki beberapa
perbedaan diantara spesimen tangan dengan di bawah mikroskop. Mika cenderung
terkonsentrasi dalam wujud garis-garis pada bidang perlapisan, dan umumnya
memiliki bidang permukaan yang lebih besar dibandingkan butiran detritus
mineral lainnya dalam material sedimen. Hal ini disebabkan oleh bentuk butiran
yang pipih memiliki kecepatan pengendapan yang lebih rendah dibandingkan dengan
butiran yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama pada tiap sisinya (equant)pada masa dan volume yang sama.
Jadi, mika terbawa lebih lama sebagai suspensi jika dibandingkan dengan kuarsa
dan felspar pada masa yang sama.
Mineral berat
Mineral yang ditemukan dalam pasir biasanya memiliki
berat jenis berkisar antara 2,6 hingga 2,7 gr cm-3, sebagai contoh
kuasa memiliki berat berat jenis 2,65 gr cm-3. Batupasir pada
dasarnya mengandung dalam proporsi kecil (biasanya kurang dari 1%)
mineral-mineral yang memiliki berat jenis tinggi. Mineral-mineral berat (heavy minerals) ini berdensitas lebih
besar dari 2,85 gr cm-3. Secara konvensional proses pemisahan antara
mineral berat dengan sejumlah besar mineral berdensitas rendah dengan
merendamnya dalam suatu cairan khusus, dimana mineral berdensitas rendah akan
mengambang, sebaliknya mineral berdensitas besar yang biasanya jumlahnya
sedikit akan tenggelam. Mineral berat biasanya jarang ditemukan, dan penelitian
terhadap kelompok mineral ini hanya dapat dilakukan setelah melalui proses pemisahan
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Mineral berat dapat memberikan
informasi berharga untuk mempelajari provenance
batuan. Hal ini dikarenakan mineral berat dapat memiliki karakter khusus
suatu daerah asal, dengan demikian mineral berat menjadi berharga guna
mengetahui asal detritus. Mineral berat yang umum dijumpai adalah zirkon,
tormalin, rutil, apatit, garnet dan kelompok mineral-mineral aksesoris lainnya
dari batuan metamorfik dan batuan beku.
Mineral-mineral
lainnya
Mineral mineral selain yang dijelaskan sebelumnya umumnya
jarang ditemukan dalam jumlah besar tersusun dalam batupasir. Mineral-mineral
yang paling umum membentuk batuan beku silikat (seperti: olivin, piroksin dan
amfibol) semuanya akan segera hancur ketika mengalami dekomposisi kimia. Oksida
besi merupakan unsur dari kelompok mineral basa yang relatif resisten terhadap
dekomposisi, sehingga dapat dijumpai dalam jumlah berlimpah. Beberapa mineral juga
dapat ditemukan terkonsentrasi pada area tertentu. Hal ini menunjukkan batuan
sumbernya kemungkinan berada tidak jauh dari area tersebut.
1 Comments
maksih
ReplyDelete