Danau didefinisikan sebagai suatu tubuh air yang berada di daratan
meskipun, beberapa danau masa kini terkadang juga diistilahkan sebagai “lautan di
tengah daratan” (inland seas). Perbedaan
ini dianggap berguna untuk membedakan antara tubuh air yang dapat melakukan pertukaran
air dengan lautan terbuka (e.g. lagun-13.3.2) dengan yang tidak dapat melakukan
pertukaran, yakni yang betul-betul merupakan sebuah danau. Danau terbentuk pada
suatu daerah yang memiliki depresi pada permukaan tanahnya dan umumnya
dikelilingi oleh material sill, sehingga air yang terakumulasi akan tetap
menggenangi zona depresi tersebut. Danau pada umumnya disuplai oleh satu atau
lebih aliran sungai yang menyuplai air dan sedimen yang berasal dari daratan di
sekitarnya. Air bawah tanah juga dapat menjadi salah satu sumber air bagi Danau.
Jumlah sedimen yang terakumulasi di danau dianggap kecil bila dibandingkan
dengan endapan yang terbentuk di lautan. Namun, dalam cakupan lokal endapan danau
dianggap penting karena danau dapat membentuk endapan yang ketebalannya dapat
mencapai ratusan meter, dan menutupi ratusan hingga ribuan kilometer persegi
pada suatu wilayah. Danau pada umumnya membentuk endapan yang tersusun atas pasir
dan lumpur, meskipun berbagai jenis sedimen lainnya juga dapat ditemukan dan
terakumulasi di lingkungan lakustrin,
seperti batugamping, material evaporit dan organik. Tumbuhan dan hewan yang
hidup di lingkungan danau kemungkinan dapat terawetkan sebagai fosil dalam
endapan lakustrin. Kumpulan dari material organik dapat membentuk lapisan
batubara atau batuan sumber (source
rocks) minyak dan gas. Ilmu yang mempelajari danau modern disebut sebagai limnologi.
10.1.1 Pembentukan danau
Depresi besar yang terbentuk pada permukaan daratan serta mampu
menampung akumulasi air dan membentuk danau biasanya terbentuk dari hasil aktivitas
tektonik yang menciptakan suatu cekungan sedimen. Pembentukan dari berbagai jenis lingkungan
pengendapan dijabarkan lebih lanjut pada bab 24. Proses pembentukan cekungan danau
yang paling utama disebabkan oleh adanya ekstensi benua yang menciptakan
rekahan. Pembentukan cekungan erat hubungannya dengan terjadinya deformasi strike-slip pada kerak benua dan intracontinental sag basins. Cekungan yang terbentuk akibat terjadinya rekahan dan
sesar strike-slip umumnya dikelilingi
oleh sesar-sesar, kondisi ini menyebabkan permukaan daratan mengalami penurunan
relatif terhadap dataran di sekitarnya. Karakter aliran air di permukaan tanah akan
selalu mengalir menuju tempat yang lebih rendah, sehingga pada kejadian ini air
akan berkumpul dan mengisi daerah yang mengalami penurunan dan membentuk danau.
Pergerakan sesar yang terus berlanjut salah satunya berdampak pada laju penurunan
permukaan tanah. Hal ini menyebabkan danau yang terbentuk dapat memiliki kedalaman
hingga ratusan meter, sehingga seiring berjalannya waktu akumulasi sedimen dalam
danau dapat dapat mencapai ketebalan ratusan bahkan hingga ribuan meter. Suatu
cekungan yang terbentuk akibat subsiden yang meliputi wilayah luas pada kerak
benua (sag basins) akan cenderung membentuk
tubuh danau yang luas dan dangkal: endapan lakustrin yang terbentuk pada
cekungan ini umumnya memiliki lapisan yang relatif tipis, namun penyebarannya
dapat melingkupi area yang sangat luas. Danau juga dapat terbentuk akibat sesar
naik yang mengangkat sebagian permukaan tanah dan menciptakan bendungan yang
memotong aliran sungai.
Suatu depresi pada permukaan daratan dapat juga terbentuk dari hasil proses
erosi, namun agen erosi yang berperan bukan hanya air saja, hal ini dikarenakan
aliran sungai akan selalu mengikuti alur menuruni perbukitan. Sebaliknya gletser
dapat menggerus permukaan daratan lebih dalam dan membentuk lembah. Bagian atas
tubuh gletser umumnya akan selalu bergerak ke bawah mengikuti kemiringan
topografi. Kondisi ini menyebabkan bagian bawah gletser turut bergerak ke arah
yang sama dan menciptakan lembah sepanjang jalur gerusannya. Ketika es mulai
mencair bagian dasar lembah yang tergerus dalam akan menjadi area dimana danau terbentuk.
Proses glasiasi juga dapat menciptakan danau, proses ini diawali dengan pembentukan
bendungan alami yang berasal dari proses sedimentasi di dasar lembah yang
membentuk endapan morena. Proses pengendapan morena dan berkumpulnya air yang
terus berlangsung kemudian membentuk danau. Danau yang terbentuk pada daerah
glasial cenderung memiliki ukuran yang kecil dan kemungkinan untuk mempertahankan
endapan sedimen dalam jangka panjang cenderung lebih rendah, sebagaimana proses
erosi pada daerah tersebut umumnya akan terus berlanjut dari waktu ke waktu
(cf. lingkungan glasial benua: 7.4).
Bendungan alami juga dapat terbentuk melalui proses lain seperti
melalui longsoran yang memblokir jalur sungai pada suatu lembah, dan sejumlah
besar abu vulkanik atau lava yang dapat menciptakan suatu topografi pada permukaan
tanah yang memungkinkan terbentuk danau. Aktivitas vulkanik juga dapat
menciptakan danau berukuran luas yang terbentuk akibat longsoran kaldera. Atau
melalui letusan eksplosif yang menghancurkan sejumlah besar tubuh gunung api,
letusan ini kemudian menyisakan sebagian tubuhnya yang membentuk seperti
cincin. Sisa gunungapi ini kemudian menjadi area terbentuknya danau kawah.
10.1.2 Hidrologi danau
Air yang menyuplai danau dapat berasal dari aliran sungai air tanah
dan dari air hujan yang secara langsung jatuh ke atas permukaan danau. Jika
tidak ada aliran air keluar dari danau, maka permukaan air danau akan bertambah
seiring berjalannya waktu hingga mencapai titik meluapnya, yakni di atas material
sill atau penghalang di sekitar cekungan danau (gambar
10.2 dan 10.2). Sebuah danau memiliki sistem hidrologi terbuka (hydrogeologically open) jika Danau tersebut digenangi air hingga
pada titik meluapnya, dan ada keseimbangan antara air yang masuk ke dalam danau
dan keluar dari danau. Pada kondisi ini tinggi permukaan air danau akan tetap.
Aliran air sungai yang konstan mengisi danau menyebabkan air danau akan tetap
dalam keadaan segar (konsentrasi garam terlarut rendah sehingga tingkat
salinitas air juga akan rendah).
Gambar 10.1 Sistem hidrologi suatu danau. Atas: sistem hidrologi tertutup, tingkat permukaan air di bawah sill, tidak ada aliran masuk. Bawah: sistem hidrologi terbuka, tingkat permukaan air mencapai hingga di atas sill, aliran keluar danau melalui sungai-sungai |
Permukaan danau akan mengalami penguapan air yang dilepaskan ke udara,
proses ini akan menjadi sangat penting bila terjadi pada kondisi temperatur udara
yang tinggi dan udara di sekitarnya cenderung kering. Jika laju penguapan
melebihi atau menyeimbangi laju rata-rata suplai air menuju danau, dan tidak
ada aliran keluar dari danau, maka danau tersebut akan dianggap memiliki sistem
hidrologi tertutup (hydrologically closed). Danau dengan
kondisi ini kadangkala disebut sebagai endorheic,
danau jenis ini memiliki cekungan dengan sistem drainase internal.
Gambar 10.2 Sebuah danau yang sumber airnya berasal dari sungai. Aliran air keluar danau melalui sill menuju lautan di dekatnya |
Ion-ion kimiawi yang berasal dari pelapukan batuan akan terbawa dalam
bentuk larutan dalam aliran sungai dan bermuara ke danau. Jika suplai ion-ion
yang terlarut rendah, maka evaporasi akan memberikan dampak kecil pada
konsentrasi ion dalam air danau. Namun yang terjadi pada umumnya ion-ion terlarut
akan terkonsentrasi akibat evaporasi, sehingga menyebabkan air danau menjadi
asin. Dengan tingkat evaporasi yang cukup dan terkonsentrasi, maka mineral-mineral
evaporit akan terbentuk melalui proses presipitasi. Pada kondisi tertentu bila
suplai air ke danau rendah dan tingkat evaporasi tinggi akan menyebabkan danau
menjadi benar-benar kering.
Jenis danau berdasarkan ilmu sedimentologi dapat dibagi tiga kelompok
terlepas dari proses pembentukan atau sistem hidrologinya. Danau air tawar (freshwater
lakes) dikelompokkan berdasarkan salinitas air yang rendah dan memiliki
sistem hidrologi baik terbuka maupun tertutup. Suplai air yang masuk ke danau mengandung
ion-ion terlarut yang rendah sehingga menyebabkan air danau tetap tawar. Danau
air asin (saline lakes) dicirikan
dengan sistem hidrologi tertutup dan memiliki tubuh air yang tetap sepanjang
tahun (perenial), dimana ion-ion yang terlarut terkonsentrasi akibat evaporasi. Danau epimeral
(Ephemeral lakes) biasanya terbentuk
pada kondisi iklim kering. Danau jenis ini hanya muncul dalam waktu yang
singkat selama beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadi hujan badai dengan
intensitas tinggi pada zona tangkapan air. Sebaliknya danau ini tidak akan
terbentuk apabila tidak terjadi hujan berintensitas tinggi.
Bersambung DANAU AIR TAWAR
0 Comments