Metode umum yang digunakan untuk
mengumpulkan data lapangan berupa batuan sedimen maupun endapan sedimen adalah dalam
bentuk data log litologi. Data log atau banyak dikenal dengan sebutan kolom
grafis stratigrafi umum digunakan karena dianggap mudah dalam memberikan
pemahaman visual mengenai informasi stratgrafi, sekaligus merupakan cara paling
sederhana untuk membuat korelasi dan perbandingan antar lapisan batuan dari
lokasi yang berbeda.
Ilustrasi data log litologi dalam warna (sumber: geology.in) |
Catatan yang dikumpulkan dalam
data log membuat informasi sedimentology, seperti terjadinya pengulangan fasies,
siklus sedimentasi dan arah penyebaran dapat dengan mudah diketahui. Pemahaman
tersebut diperoleh dari data, misalnya adanya perubahan yang sistematis dari lapisan
paling bawah ke atas dalam bentuk ketebalan lapisan ataupun ukuran butir.
Sebagai tambahan, tampilan visual data log juga membantu dalam mengintepretasi kemenerusan
lapisan.
Namun, suatu log stratigrafi
haruslah mampu menunjukkan adanya perubahan secara vertikal pada kemenerusan
lapisan. Skala vertikal yang digunakan dalam pembuatan data log tergantung pada
tingkat ketelitian yang dibutuhkan, variasi sedimen dan umur perlapisan. Untuk
pencatatan yang detail pada jalur akuisisi yang pendek, skala yang biasanya digunakan
adalah 1:10 atau 1:5. Tetapi skala yang dianggap lazim digunakan adalah 1:50
(1cm pada log sama dengan 0,5m di lapangan) atau 1:100 (1cm sama dengan 1m).
Dalam beberapa kondisi, tidak perlu dilakukan pencatatan untuk seluruh
kemenerusan lapisan, atau mencatat seluruh kemenerusan lapisan dengan menggunakan
skala yang sama. Pilihan tersebut bergantung pada situasi di lapangan, baik
karena kondisi singkapan dan lingkungannya yang tidak memungkinkan, atau karena
keterbatasan waktu. Sehingga pilihan bijak terletak pada diri masing-masing
pengguna log dengan mempertimbangkan tingkat representasi data yang diharapkan.
Selama ini tidak terdapat suatu format
tertentu untuk mencatat data log litologi, informasi-informasi lapangan
bervariasi yang dianggap perlu untuk diakuisisi itulah yang menentukan seperti
apakah format data log itu. Fitur-fitur yang perlu dicatat dalam kolom data log
adalah ketebalan perlapisan atau unit litologi, tekstur (khususnya ukuran butir),
struktur sedimentasi, arus purba, warna dan fosil. Kenampakan kontak perlapisan
juga dapat dicatat pada data log.
Bagaimana cara menggambar kolom data log?
Bila peneliti akan melakukan
kerja lapangan dalam waktu yang cukup lama, maka ada baiknya mempersiapkan
lembar untuk pencatatan data log sebelumnya. Salah satu langkah sederhananya dengan
membuat sendiri kolom data log pada buku catatan lapangan, namun biasanya cara
ini dianggap kurang memuaskan karena biasaya ukuran halaman buku catatan lapangan
terlalu kecil sehingga tidak bisa menggambar data log yang panjang dan lebar.
Jika singkapan perlapisan terlihat
berkelanjutan atau paling tidak terlihat demikian, maka perjalanan untuk
mencatat informasi stratigrafi dapat terus dilakukan memalui alur yang dianggap
mudah. Sebaliknya, jika dijumpai singkapan berkondisi ideal namun tidak mempunyai
kemenerusan, maka sangat disarankan untuk mencari kemenerusan perlapisan secara
lateral di sepanjang jalur pengambilan data yang telah ditetapkan. Suatu
penggalian kecil pada singkapan sangat mungkin dilakukan bila kemenerusan
perlapisan tidak terekspos, misalnya batulempung/batulanau pada umumnya. Bila
kemenerusan tersebut betul-betul tidak dapat ditemukan, maka pada data log
dapat disebutkan bahwa perlapisan tersebut “tidak tersingkap”.
Hal terbaik dalam pengambilan
data suatu singkapan sedimen dalam data log adalah dengan melakukan pencatatan
dari bagian lapisan bagian bawah ke atas. Dengan cara ini proses perubahan
pengendapan dari waktu ke waktu dapat dicatat, sekaligus dipahami dengan baik,
dibandingkan bila mencatat dari atas ke bawah. Keuntungan lainnya dari cara ini
adalah mempermudah identifikasi batas-batas perlapisan dan perubahan fasies
pada singkapan tersebut.
Ilustrasi data log dengan berbagai kolom pencatatan informasi yang ditemukan pada suatu lapisan sedimen (sumber: geologyin.com) |
a. Ketebalan lapisan atau unit batuan
ketebalan lapisan dapat diukur
dengan menggunakan pita ukur. Penting untuk dicermati bahwa posisi untuk
mengukur ketebalan perlapisan berada pada sisi dimana lapisan memiliki nilai
sudut kemiringan tertinggi dan permukaannya miring terhadap perlapisan. Hal
lainnya yang perlu diperhatikan adalah penentuan posisi batas antar perlapisan.
Batas antar perlapisan utamanya dicirikan perubahan jenis sedimennya, perbedaan
ini terkadang sulit dikenali sehingga diperlukan pengamatan ekstra.
Lapisan batuan yang tipis atau
laminasi biasanya terlihat seakan-akan sama antara satu dengan yang lainnya,
sehingga untuk praktisnya, laminasi-laminasi tersebut dapat dikelompokkan
bersama menjadi satu unit litologi pada data log bila skala yang digunakan
berukuran besar. Bila ditemukan laminasi-laminasi dengan karakter sedimen beragam
yang mengindikasikan terjadinya perubahan pengendapan yang cepat, misalnya
perselingan batupasir dan batulempung (heterolitik), maka laminasi-laminasi
tersebut dapat dicatat sebagai satu unit. Namun, perlu ditambahkan catatan
mengenai ketebalan dan karakter dari masing-masing laminasi itu. Catat setiap perubahan
ketebalan unit perlapisan yang dapat diamati pada singkapan tersebut secara
menyeluruh.
Hal penting, ketika mendekati
suatu singkapan untuk memulai pencatatan log, mundurlah beberapa langkah
sejenak dari singkapan, dan perhatikan apakah terdapat “jenjang” (gap) alami pada kemenerusan perlapisan.
Tindakan ini dianggap sebagai observasi jarak jauh yang praktis guna mengetahui
apakah singkapan itu memiliki perlapisan/unit batuan yang beragam atau tidak.
b. Litologi
Pada data log, data litologi
dicatat pada kolom dalam bentuk simbol-simbol yang umum digunakan dalam ilmu
stratigrafi, lihat ilustrasi. Jika memungkinkan untuk membagi satuan litologi lebih
lanjut menjadi sub-satuan, maka dapat ditambahkan simbol-simbol litologi
lainnya sesuai kebutuhan, atau gunakan pensil warna sebagai pengganti simbol batuan.
Jika dijumpai dua lapisan tipis bersisipan, maka kolom dapat dibagi menjadi dua
dengan garis vertical, lalu tambahkan dua jenis simbol litologi yang
diperlukan. Catatan dan pengamatan lebih lanjut pada litologi ditulis pada buku
catatan lapangan. Kolom litologi dan deskripsi rincinya dalam buku lapangan
dapat dihubungkan melalui nomor rujukan seperti yang ditampilkan dalam ilustrasi.
c. Tekstur batuan
Pada pembuatan data log skala horizontal
perlu diterapkan. Skala ini akan memberikan informasi visual dengan cepat tentang
jenis sedimen pada singkapan perlapisan: lumpur (lempung dan lanau), pasir (terbagi
menjadi pasir berukuran halus, sedang dan kasar) dan gravel (bongkah). Gravel dapat
dibagi lebih lanjut jika sedimen berukuran kasar juga diinginkan untuk dicantumkan
dalam data log. Guna membantu pencatatan
ukuran butir (atau ukuran kristal mineral), sebuah garis vertikal dapat dibuat
sebagai pembatas antar kelompok ukuran butir. Setelah menentukan ukuran butir
dari setiap lapisan batuan, kemudian informasi-informasi tersebut dapat dicantumkan
pada data log serta diarsir pada bagian diperlukan (lih. Ilustrasi). Ukuran kolom
yang semakin besar menunjukkan ukuran butir yang semakin kasar. Simbol-simbol
khusus untuk litologi dan atau struktur sedimen dapat ditambahkan pada kolom
tekstur batuan. Pada umumnya, kolom untuk litologi dan tekstur pada data log
digabung menjadi satu kolom.
Fitur tekstur batuan yang lain
seperti kemas (fabric), tingkat
kebulatan (roundness) dan bentuk (shape) dapat langsung dicatat pada buku
lapangan, meskipun poin-poin pentingnya
dapat dicantumkan langsung pada kolom. Perhatian khusus perlu diberikan dalam pencatatan
di segmen ini bila pada singkapan dijumpai konglomerat dan breksi.
Untuk pencatatan data log khusus
batuan karbonat, akan sangat membantu bila kolom litologi atau tekstur batuan
dikombinasikan bersama dengan klasifikasi Dunham. Maka dari itu, perlu dibuat
kolom tambahan untuk batugamping mudstone
(M), wackestone (W), packstone (P) dan grainstone (G); kolom untuk boundstone
(B) dapat ditambahkan jika ditemukan batugamping terumbu atau batugamping stromatolit.
Bila dijumpai batugamping dengan tekstur sangat kasar, maka dapat ditambahkan
suatu kolom terpisah khusus untuk batugamping rudstone (R) dan floatstone
(F).
d. Struktur sedimen dan kontak perlapisan
Struktur sedimen dan kontak
perlapisan pada singkapan dapat dicantumkan pada data log dalam bentuk simbol.
Struktur sedimen dapat terbentuk pada bagian atas atau bawah permukaan
perlapisan, dan juga di dalam perlapisan itu sendiri. Suatu kolom khusus untuk struktur sedimen
permukaan dan internal dapat dibuat bila kedua fitur tersebut banyak ditemukan
pada singkapan. Simbol struktur sedimen yang digunakan pada umumnya dapat
dilihat pada ilustrasi. Data hasil pengukuran,
sketsa dan deskripsi detail struktur sedimen dapat ditulis pada buku lapangan.
Perlu dicermati apakah
batas-batas perlapisan tersebut kondisinya: (a)tegas dan datar, (b)tegas dan tererosi,
(c)gradasional. Setiap kondisi batas perlapisan dapat direpresentasikan atau
digambarkan masing-masing pada kolom litologi dengan: garis lurus, garis bergelombang
atau garis putus-putus.
e. Arah arus purba
Pada data log, arah umum arus
purba (paleocurrent) dapat
dicantumkan pada suatu kolom khusus yang terpisah, atau disamping kolom data
tekstur batuan dalam bentuk tanda panah atau sepotong garis yang menunjukkan arah
arus. Sedangkan data pengukuran arus purba sendiri harus dicatat pada buku
lapangan. Buatlah tabel khusus untuk mencatat kumpulan data tersebut.
f. Fosil
Fosil yang perlu dicatat pada data
log merupakan fosil-fosil fundamen yang ditemukan pada lapisan batuan yang
diamati. Simbol yang umum digunakan dapat dilihat contohnya pada ilustrasi. Informasi
berupa simbol ini dapat ditempatkan pada kolom fosil yang terpisah, disamping kolom
untuk struktur sedimen.
Jika fosil ditemukan pada hampir
semua lapisan batuan (seperti pada batugamping), maka simbol dari kelompok-kelompok
fosil utama dapat dicantumkan langsung pada kolom litologi. Sub-kolom terpisah
pada log tekstur dapat ditujukan untuk mencatat informasi tentang rudstone dan floatstone, yang dalam kedua jenis batugamping ini fosil makro (mengalami
kontak atau bercampur dalam kemas matrix-support)
ditemukan dalam jumlah berlimpah.
g. Warna
Cara yang paling baik dilakukan untuk
mencatat warna batuan sedimen yang diamati pada data log adalah dengan cara
mewarnai secara langsung dengan pensil warna pada kolom ‘warna batuan’. Namun bila
tidak memungkinkan untuk mewarnai selama kerja lapangan, maka informasi warna
batuan dapat dicatat dengan menggunakan singkatan jenis warna pada kolom ‘warna
batuan’ (lihat ilustrasi).
h. Kolom ‘catatan tambahan’
Kolom ini dapat digunakan untuk mencatat
fitur khusus yang ditemukan pada perlapisan atau unit batuan, seperti tingkat
pelapukan (lihat kolom empat) dan kehadiran mineral-mineral authigenic (pirit, glaukonit, etc.).
Kolom ini juga berguna sebagai kolom catatan tambahan untuk struktur sedimen,
tekstur atau litologi.
Kehadiran joint dan fracture pada
singkapan perlapisan juga dapat dicatat pada kolom ini (terutama informasi
mengenai ukuran dan total jumlah/densitasnya: lihat bagian 5). Nomor referensi
struktur dapat dicantumkan pada kolom ini, begitu juga dengan nama lokasi
pengambilan foto serta petunjuk referensi gambar singkapan dalam buku lapangan.
Diterjemahkan dan disadur dari artikel berjudul How to Draw a Graphic Log? dalam www.geologyin.com
0 Comments