a. Definisi palinologi
Palinologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan palinomorf. Palinomorf yang secara umum dipelajari adalah spora dan polen tumbuhan serta beberapa bentuk palinomorf
yang lain seperti Foraminifera Test
Lining (FTL), Dinoflagellates, Acritarch, dsb. Objek palinomorf yang dipelajari baik yang masih hidup (Actuopalynology) ataupun sudah menjadi fosil (Paleopalynology). Palinomorf sendiri merupakan suatu bentuk alami berukuran mikroskopis, berdinding organik, dan dapat diamati setelah dilakukan proses preparasi dalam konsep palinologi.
Palinomorf secara umum mencakup tiga sub kelompok besar yaitu sporomorf
(polen, spora dan spora jamur); zoomorf (Foraminifera
Test Lining, Chitinozoa dan Scelodont) serta fitoplankton (Dinocysts, Meroplankton, Acritarch, Rhodofita, Sianobakteria). Polen atau
serbuk sari merupakan bagian bunga berupa kantung yang berisi gametofit jantan
pada tumbuhan berbunga Anthophyta, baik Gymnospermae
maupun Angiosperma. Sedang spora biasanya dihasilkan tumbuhan
non vaskuler seperti alga, jamur, lumut serta tumbuhan vaskuler tingkat rendah
lain yaitu tumbuhan lumut (Bryophyta),
paku (Pteridophyta) dan
sebagian Thallophyta.
Sel induk mikrospora membelah melalui pembelahan meiosis menjadi empat sel
haploid yang disebut mikrospora atau sering disebut sebagai butir polen (serbuk
sari) dan spora. Polen dan spora berasal dari tumbuhan atau flora yang tumbuh
dan membentuk vegetasi pada suatu habitat atau lingkungan tertentu sehingga
dapat digunakan untuk merekonstruksi flora dan vegetasi yang berada di sekelilingnya. Bukti
palinologi ini merupakan representasi dari tumbuhan yang dapat menggambarkan
bagaimana pola vegetasi beserta kondisi lingkungan habitatnya. Analisis fosil polen dan spora
yang terendapkan pada suatu sedimen dapat mengungkap latar belakang perubahan
vegetasi dan lingkungan suatu daerah pada satu periode waktu tertentu pada masa
lampau.
Selain kelompok palinomorf yang
umum digunakan dalam analisis palinologi, juga terdapat palinomorf lain yang dikelompokkan
sebagai palinomorf non polen-spora atau Non
Pollen Palynomorphs (NPPs). Non Pollen Palynomorphs atau
NPPs didefinisikan sebagai suatu objek mikroskopis organik dengan ukuran
berkisar 10-250µm. Karakter umum dari NPPs
adalah morfologi tubuh yang resisten terhadap proses pembusukan sehingga
membutuhkan proses preparasi standar dalam laboratorium palinologi (http://nonpollenpalynomorphs.tsu.ru).
![]() |
Contoh palinomorf non polen-spora (NPPs) yang ditemukan, pembesaran 400X. (a) Diatom dan (b) spora jamur (sumber: koleksi pribadi) |
Palinologi memiliki banyak manfaat yang dapat diaplikasikan ke dalam
berbagai disiplin ilmu, seperti dalam
geologi: geokronologi,
biostratigrafi, sedimentologi dan stratigrafi. Ekologi: perubahan iklim, evolusi tumbuhan, paleoekologi dan paleoklimatologi.
Bidang arkeologi hingga forensik.
Fosil polen dan spora menyimpan berbagai informasi unik, dengan beragam
konsep analisis Palinologi dapat diterapkan secara luas, karena:
- Memiliki jumlah yang melimpah dalam suatu batuan sedimen, dan umumnya terawetkan dengan baik,
- hanya diperlukan jumlah sampel batuan/substrat yang sedikit untuk studi palinologi, karena ukuran palinomorf yang mikroskopis dan keberadaannya yang melimpah,
- resisten terhadap kerusakan baik oleh asam, kadar garam, suhu dan tekanan lain sehingga dapat tersimpan pada berbagai keadaan,
- dapat diidentifikasi dengan bantuan mikroskop sehingga secara taksonomi dapat diketahui taksa penghasilnya,
- polen dan spora berasal dari kumpulan vegetasi yang membentuk suatu ekosistem secara spesifik. Sehingga fosil polen dan spora dapat digunakan untuk memperoleh informasi mengenai paleoekologi baik secara lokal maupun regional.
Bersambung ke Palinologi: Ilmu yang mempelajari Tentang Palinomorf (bag. 2)
Referensi:
Haseldonckx,
P. 1974. Palynologycal Interpretation of
Palaeoenvironments in South East Asia. Sains Malaysiana
3.
Kapp,
R. O. 1969. How To Know Pollen and Spores. Dubuque, Iowa, USA: WMc. Brown
Company Publisher.
Rahardjo,
A. T.,
Polhaupessy T. T., Wiyono S.,
Nugrahaningsih H., Lelono E. B. 1994. Zonasi Polen Tersier Pulau Jawa. Makalah
Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Pertemuan
Ilmiah Tahunan Ke-23; Des 1994. Bandung: IAGI.
Suedy, Sri W.A. 2012. Paleorekonstruksi Vegetasi dan Lingkungan Menggunakan Fosil Polen dan
Spora Pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas Kala Plio-Plistosen. Thesis.
Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Kurniadi, Deddy. 2015. Palynologist: Untuk Analisis Palinologi yang Lebih Baik. https://palinologyst.com
Society for the Promotion of Palynological Research
in Austria (AutPal). PalDat-Palynological
Database: An Online Publication On Recent Pollen. https://www.paldat.org.
Van Geel, Bas dan Schlutz, Frank. Non-Pollen Palynomorphs: “Extra
Fossils” in Pollen Slides. http://nonpollenpalynomorphs.tsu.ru
1 Comments
Gambling is a well-liked sport and source of entertainment in 카지노 New Zealand, very similar to|very like} it is in its neighboring countries. Approximately $2 billion is spent on gaming in New Zealand annually. Pokies, or on-line slots, have confirmed to be the most well-liked favourites among these having tried their hand at gambling. It was first launched in the Eighteen Eighties and continues to wow audiences today.
ReplyDelete