Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Palinologi: Metode Preparasi


Metode Preparasi Palinologi

Metode preparasi palinologi yang digunakan merupakan metode standar yang ditemukan oleh Moore, dkk. (1991). Proses standar ini kemudian disesuaikan sekaligus dikembangkan oleh Laboratorium Palinologi, Institut Teknologi Bandung. Urutan pekerjaan penelitian di laboratorium adalah:
 
Palinomorf yang diamato di bawah mikroskop setelah melewati proses preparasi (sumber: dok. pribadi)

1. Tahap persiapan

a. Pengeringan dan pembersihan: sampel dikeringkan dan dibersihkan dari kotoran. Pengeringan dilakukan secara kering angin pada suhu ruangan, sedang

b. Pembersihan dilakukan dengan membuang bagian terluar dari sampel sedimen yang diambil dengan pisau atau skalpel pada saat akan melakukan penimbangan sebelum preparasi.

c.  Penimbangan: sampel kering ditimbang dengan timbangan digital sehingga tiap sampel mempunyai berat seragam yaitu 50g.

d. Penumbukan: penumbukan sampel dimaksudkan untuk mempercepat reaksi kimia. Sampel ditumbuk dengan mortar baja dan dilanjutkan dengan mortar porselen untuk penghalusan. Setiap selesai satu sampel, mortar harus dibersihkan dengan pencucian menggunakan akudes dan dikeringkan untuk menghindari kontaminan polen dan spora dari sampel yang lain.
 
Alur proses preparasi palinologi (sumber: dok. pribadi)

2. Tahap preparasi dan pembuatan slide mikroskop

Proses ini harus dilakukan di dalam ruang asam dengan urutan kerja sebagai berikut:
a.  Penghilangan unsur karbonat: 50g sampel batuan sedimen dimasukkan ke dalam tabung gelas plastik 500mL dan ditambahkan HCl 37% selama 56 jam sampai hancur seperti lumpur, kemudian dinetralkan dengan akuades (3-4 kali penggantian/pencucian). Penggantian atau pembuangan akuades ketika sampel telah betul-betul mengendap di dasar gelas plastik, dengan jeda waktu pengendapan sekitar 12-24 jam. Akuades pengganti dituang perlahan sambil digoyangkan perlahan supaya sampel tercampur dan tercuci dengan baik. Pengecekan pH dilakukan dengan pH stick sampai kondisinya netral (pH 7).

b. Penghilangan unsur silikat: sampel yang sudah dinetralkan ditambah HF 40% secara perlahan melalui dinding gelas plastik sambil diaduk, kemudian dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu dinetralkan kembali dengan akuades (3-4 kali pencucian). Penggantian atau pembuangan akuades juga harus dilakukan secara hati-hati sampai sampel telah mengendap didasar gelas plastik, dengan waktu pengendapan sekitar 12-24 jam. Akuades pengganti dituang perlahan serta digoyangkan perlahan agar sampel tercuci dengan baik. Pengecekan pH dilakukan dengan pH stick sampai kondisinya netral (pH 7).

c. Penghilangan kalsium fluorida: sampel ditambah kembali dengan HCl 37% yang dimasukkan secara perlahan dengan bantuan batang pengaduk. Selanjutnya dilakukan pengadukan dan pemanasan dalam water bath (80 °C) selama 6 jam untuk hasil yang lebih baik. Setelah itu kemudian dinetralkan dengan akuades 3-4 kali dengan jeda waktu pengendapan 12-24 jam. Pada tahap ini setelah sampel netral dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop untuk mengetahui kandungan palinomorf yang diperoleh. Apabila hasil yang diperoleh cukup banyak atau melimpah dengan kondisi sampel bersih maka dilakukan tahap preparasi selanjutnya atau disaring. Namun jika palinomorf yang diperoleh cukup melimpah dengan kondisi sampel masih kotor maka kembali dilakukan pengulangan pemberian HCl dan HF. Proses preparasi dihentikan apabila tidak ditemukan palinomorf dan sampel kotor sehingga tidak bisa diamati.

d. Oksidasi: sampel ditambah HNO3 30% sebanyak 5 mL yang dimasukkan sedikit demi sedikit dengan bantuan batang pengaduk, kemudian dipanaskan selama 3-5 menit dalam water bath (80 °C). Sampel dinetralkan kembali dengan akuades 3-4 kali dengan jeda waktu pengendapan 6-12 jam.

e. Pemucatan palinomorf: sampel ditambah KOH 10% sebanyak 3-5 tetes pipet, diaduk kemudian dipanaskan dalam water bath (60-80 °C) selama 5 menit. Kemudian didinginkan serta dinetralkan dengan akuades 2-3 kali dengan jeda waktu pengendapan 6-12 jam. 

f.  Penyaringan: sampel yang sudah netral pada proses preparasi disaring kembali dengan saringan nilon bertingkat ukuran 250 sampai 5 µm.  Penambahan akuades selama proses penyaringan dilakukan untuk mempercepat penyaringan dan penetralan. Hasil saringan dimasukkan ke  dalam tabung plastik 20 mL dan disentrifus pada 1500-2000 rpm selama 3 menit. Akuades yang berada disebelah atas dalam tabung plastik dituang secara hati-hati supaya sampel tidak ikut tertuang. Larutan diganti dengan alkohol 10% sampai volume larutan dalam tabung mencapai 5 mL.

g.  Mounting: sampel yang telah selesai dipreparasi, diambil dengan mikropipet Soccorex sebanyak 800 µL dan diteteskan pada gelas benda yang telah diolesi capuran gliserin jeli dan PP yang berfungsi sebagai anti jamur. Tip atau ujung mikropipet hanya digunakan satu kali untuk satu sampel guna mencegah kontaminan dari sampel lainnya. Sampel kemudian diratakan dan dikeringkan diatas hot plate. Entelan diteteskan kemudian direkatkan dengan gelas penutup, setelah itu diberi label sesuai  kode lapisan dan lokasi sedimen. Pengeringan dilakukan secara kering angin pada suhu kamar selama 12-24 jam. Sampel siap diamati dengan mikroskop.  

Setelah melalui rangkaian preparasi yang dibutuhkan, kemudian sampel siap digunakan untuk memulai analisis dan identifikasi palinomorf. Beberapa peneliti ada yang berusaha melakukan preparasi palinologi secara mandiri karena memiliki kelengkapan alat dan pengetahuan yang memadai tentang preparasi serta keamanan selama prosesnya, Namun, ada juga yang memanfaatkan jasa preparasi, seperti Lab. Paleontologi-Palinologi, Jurusan Tek. Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), karena keterbatasan di atas ataupun untuk menghemat waktu dan tenaga. Akan lebih baik bila preparasi dapat dilakukan sendiri, atau paling tidak proses preparasinya disaksikan sendiri. Hal ini dilakukan untuk lebih dapat memahami prosesnya, dan bila membutuhkan penyesuian/treatment khusus pada sampel di tahap preparasi.
 
Referensi:
Haseldonckx, P. 1974. Palynologycal Interpretation of Palaeoenvironments in South East Asia. Sains Malaysiana 3.
Kapp, R. O. 1969. How To Know Pollen and Spores. Dubuque, Iowa, USA: WMc. Brown Company Publisher.
Rahardjo, A. T., Polhaupessy T. T., Wiyono S., Nugrahaningsih H., Lelono E. B. 1994. Zonasi Polen Tersier Pulau Jawa. Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Pertemuan Ilmiah Tahunan Ke-23; Des 1994. Bandung: IAGI.
Suedy, Sri W.A. 2012. Paleorekonstruksi Vegetasi dan Lingkungan Menggunakan Fosil Polen dan Spora Pada Formasi Tapak Cekungan Banyumas Kala Plio-Plistosen. Thesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Kurniadi, Deddy. 2015. Palynologist: Untuk Analisis Palinologi yang Lebih Baik. https://palinologyst.com
Society for the Promotion of Palynological Research in Austria (AutPal). PalDat-Palynological Database: An Online Publication On Recent Pollen. https://www.paldat.org. 
Van Geel, Bas dan Schlutz, Frank. Non-Pollen Palynomorphs: “Extra Fossils” in Pollen Slides. http://nonpollenpalynomorphs.tsu.ru

Post a Comment

1 Comments

  1. ajoqq^^com
    mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
    mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajoqq^^com...
    segera di add Whatshapp : +855969190856

    ReplyDelete