Sedimen klastik asal darat dan batuan sedimen
tersusun atas fragmen-fragmen yang dihasilkan dari proses pelapukan dan erosi
terhadap batuan yang sudah ada sebelumnya. Material sedimen dan batuan sedimen
dikelompokkan berdasarkan ukuran klastika dan komposisi material yang menyusun.
Konglomerat dan gravel dapat dengan mudah dikenali secara langsung di lapangan,
sekaligus secara sederhana dapat diindikasi darimana sumbernya berasal dan
bagaimana materialnya mengalami transportasi. Begitu juga dengan pasir dan
batupasir yang dapat dengan mudah dideskripsikan secara langsung di lapangan,
namun untuk mengetahui komposisi individu butir pasir dan hubungan antar
butirnya dibutuhkan analisis yang lebih kompleks di bawah mikroskopp
petrografi. Pada sedimen yang paling halus, yakni lanau dan lempung hanya dapat
dianalisis dengan baik menggunakan scanning
electrone microscope/SEM dan difraktometer sinar X. perbandingan antara
ukuran klastika yang berbeda dan tekstur dari sedimen klastik asal darat serta
batuan sedimen dapat memberikan gambaran tentang bagaimana proses transportasi
terjadi dan karakter lingkungan pengendapan dari material itu.
2.1 KLASIFIKASI MATERIAL SEDIMEN DAN BATUAN SEDIMEN
Pembagian batuan sedimen yang dianggap paling ideal
seperti yang terlihat pada gambar. Seperti skema untuk menjelaskan suatu proses
alami pada umumnya, klasifikasi ini juga mengikutkan proses dan hasil dari
kegiatan anomali (e.g. suatu deposit kalsium karbonat yang mengalami
presipitasi secara kimia dikelompokkan sebagai batuagamping, bukan sebagai batuan
evaporit) dan pembagian kelompok batuan yang belum pasti (definisi dari
batugamping adalah suatu batuan yang memliki kandungan kalsium karbonat lebih
dari 50%), namun skema ini tetap dapat diterapkan untuk menjelaskan konsep
pembagian batuan sedimen secara umum.
Gambar 2.1 Skema klasifikasi material sedimen dan batuan sedimen |
Material
klastik asal darat. Material klastik asal darat terbentuk dari partikel
atau klastika yang berasal dari
batuan yang telah ada sebelumnya. Klastika ini pada dasarnya merupakan detritus
yang tererosi dari batuan induk, dan sebagian besar detritus tersebut adalah
mineral-mineral silikat: terminologi sedimen
detrital dan sedimen siliklastik
juga digunakan untuk menyebut material ini. Klastika memiliki ukuran yang
beragam mulai dari partikel lempung berukuran mikron hingga bongkahan yang
berukuran beberapa meter. Batupasir dan konglomerat menyusun 20-25% dari
seluruh batuan sedimen dalam catatan stratigrafi, sedangkan keberadaan
batulempung mencapai 60% dari total catatan stratigrafi.
Karbonat.
Secara definitif merupakan semua batuan sedimen yang mengandung 50% kalsium
karbonat (CaCO3) digolongkan sebagai batugamping. Sumber utama
kalsium karbonat di alam berasal dari bagian tuuh yang keras suatu organisme,
umumnya dari kelompok invetebrata seperti moluska. Keberadaan batugamping
menyusun 10 – 15% batuan sedimen dalam catatan stratigrafi.
Evaporit adalah
suatu deposit yang terbentuk akibat proses presipitasi garam dari air karena
evaporasi.
Sedimen vulkaniklastik
adalah suatu material hasil erupsi gunungapi atau hasil perombakkan batuan
vulkanik.
Material
sedimen dan batuan sedimen lainnya yang tidak termasuk dalam kelompok di
atas adalah ironstone, sedimen
pospat, deposit organik (batubara dan oil
shales) dan rijang (batuan sedimen silikaan). Batuan-batuan ini sangat
terbatas keberadaannya di alam, kehadirannya hanya sekitar 5% dari catatan
stratigrafi, namun beberapa di antaranya memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Bab ini akan menjelaskan deposit klastik asal darat;
material sedimen dan batuan sedimen yang tidak termasuk dalam kelompok ini akan
dijelaskan berikutnya dalam bab 3.
2.1.1 Sedimen
klastik asal darat dan batuan sedimen
Terminologi “sedimen” secara umum merujuk pada material
dalam kondisi lepas atau belum terkonsolidasi, sedangkan batuan sedimen adalah
sedimen yang telah mengalami litifikasi. Litifikasi adalah suatu rangkaian
proses material sedimen menjadi batuan. Lumpur, lanau dan pasir adalah agregat
lepas; penambahan kata “batu-” (e.g: batulempung) mengindikasikan bahwa
material tersebut telah terlitifikasi dan membentuk suatu batuan yang kompak.
Penamaan jenis material lepas yang berukuran lebih besar (kasar) didasarkan
pada ukurannya seperti kerikil, kerakal, berangkal dan bongkah, yang apabila
terlitifikasi akan menjadi konglomerat (terkadang pada pemberian nama
konglomerat juga ditambahkan ukuran material, e.g. konglomerat kerakal).
Pembagian threefold
(??) yang didasarkan pada ukuran butir umumnya digunakan sebagai cara pertama
untuk pengelompokkan dan pemberian nama pada sedimen klastik asal darat dan
batuan sedimen: gravel dan konglomerat terdiri atas material klastik yang
diameternya lebih besar dari 2mm; klastika berukuran pasir memiliki diameter
antara 2mm hingga 1/16 mm (63 mikron); lumpur (termasuk lempung dan lanau)
tersusun atas partikel dengan diameter berukuran kurang dari 63 mikron.
Terdapat berbagai macam skema dan cara untuk mengelompokkan batuan sedimen
lebih detail lagi, namun sedimentologis umumnya menggunakan skala Wentworth
untuk mendefinisikan dan memberikan nama deposit klastik asal darat.
2.1.2 Skala ukuran
butir Udden-Wentworth
Secara umum dikenal dengan skala Wentworth, yakni suatu
skema pengelompokkan material agregat yang paling umum digunakan (Udden 1914;
Wentworth 1922). Pembagian dalam skala didasarkan pada dua faktor (??), misalnya
butir pasir sedang memiliki diameter berukuran 0,25-0,5 mm, pasir kasar
berukuran 0,5-1,0 mm, pasir sangat kasar 1,0-2,0 mm, dst. Pembagian ini merupakan
deret logaritma, tepatnya disebut logaritma “berbasis dua”, yaitu kebalikan
dari logaritma “berbasis sepuluh” yang umum digunakan dalam skala log. Skala
ini dipilih karena dianggap lebih merepresentasikan proses distribusi partikel
sedimen secara alami, dan secara sederhana mampu menjelaskan proses
disintegrasi agregat mulai dari blok batuan berukuran besar yang secara
berulang “hancur” menjadi dua bagian dan terus berlanjut hingga ke ukuran yang
terkecil.
Terdapat empat pembagian dasar yang diketahui:
Lempung (<4 µm)
Lanau (4 µm hingga 63 µm)
Pasir (63 µm atau 0,063 mm hingga 2,0 mm)
Gravel/agregat (>2,0 mm)
Gambar 2.2 Skala ukuran butir Udden-Wentworth untuk sedimen klastik: diameter klastika dalam milimeter digunakan untuk menjelaskan ukuran yang berbeda dalam skala, dan nilai phi adalah -log2 diameter butir |
Skala Phi
adalah representasi numerik dari skala Wentworth. Abjad Yunani ‘ɸ ‘ (phi)
umumnya digunakan sebagai suatu unit dalam skala ini. Penggunaan logaritma
berbasis dua, ukuran butir dapat dinotasikan pada skala phi sebagai
ɸ = - log2 (diameter butir dalam mm)
Apendiks negatif digunakan karena secara konvensional
merepresentasikan ukuran butir yang ukurannya
semakin berkurang dari kiri ke kana pada suatu grafik. Dengan
menggunakan rumus ini, suatu diameter butir berukuran 1mm = 0ɸ; menambah ukuran
butir, 2 mm = 1ɸ, 4 mm = 2ɸ, dst. Mengurangi ukuran butir, 0,5 mm = +1 ɸ, 0,25
mm = 2 ɸ, dst.
Lanjut 2.2 Gravel dan Konglomerat
1 Comments
What ought to be|you need to be|you must be} on the lookout for, however, is that the site at which you're be} playing in} shows any bonus terms and situations clearly. Some less reliable websites will cloak its T&Cs in murky language that even a number of the} most experienced gamers might have a tough time understanding. And pay attention to|take notice of} the topics we contact upon within the following sections. Using online on line casino bonus codes is similar to using a coupon code on a retailer’s web site. Follow these step-by-step directions to claim an offer thecasinosource.com proper now.
ReplyDelete