Dalam artikel
buletin GSA yang dipublikasikan secara online minggu lalu, Timothy A. Goudge
dan koleganya menjelaskan secara gamblang mengenai mineralogi lempung dari
sedimen danau Towuti di Indonesia. Mereka melakukan suatu penelitian dengan menerapkan
metode yang disebut visible to
near-infrared (VNIR) spectroscopy. Metode ini mengukur tanda-tanda
kehadiran cahaya yang dipantulkan dari suatu sampel di sepanjang rentang rambat
gelombang yang lebih besar, dibandingkan hanya dengan cahaya biasa yang Nampak.
Di Danau Towuti, rekaman spektral menunjukkan variasi-variasi khusus dalam
mineralogi lempung selama lebih dari 40.000 tahun.
Penjelasan gambar:
Danau Towuti, Indonesia. (A) Konteks regional danau
Towuti di pulau Sulawesi. Kotak merah menunjukkan lokasi bagian B. Latar
belakang adalah peta dasar samudera dari ESRI et al. (2015).
(B) Peta geologi danau Towuti secara umum dan daerah
sekitarnya menunjukkan dominasi batuan ultramafik. Peta dimodifikasi dari Costa
et al. (2015).
(C) Batimetri danau Towuti menunjukkan lokasi dua coring sedimen yang telah dianalisis
pada batas distal delta sungai Mahalona (titik putih ditandai dengan nomor 4
untuk TOW4 dan 5 untuk TOW5). Input sungai ditunjukkan dengan garis biru tipis,
sedangkan sungai Mahalona dengan garis biru tebal. Kredit: Goudge et al. dan bulletin GSA.
Rekaman
tersebut juga menangkap respon dari sistem danau terhadap iklim yang
berubah-ubah, termasuk perubahan pada ketinggian muka air danau, progradasi
delta yang terbentuk dan alur sungai. Goudge dan koleganya berpendapat bahwa
penelitian ini menunjukkan penggunaan VNIR spectroscopy dalam mengembangkan perekaman
terhadap lingkungan purba selama lebih dari 10 ribu tahun.
Menariknya,
Goudge dan koleganya berpendapat bahwa endapan danau purba di planet Mars juga
memiliki informasi mengenai lingkungan purba serupa yang dapat diperoleh
melalui penelitian citra jarak jauh terhadap kondisi stratigrafinya serta VNIR reflcetance
spectroscopy.
Goudge yang
juga merupakan ketua tim penelitian mengungkapkan, “hubungan besar antara
penelitian sedimen danau di Indonesia ini dan endapan danau di planet Mars adalah
dalam hal metode yang kita gunakan. Kita dapat membedakan komposisi material
berdasarkan warnanya (e.g. karat berwarna merah karena mengandung unsur besi di
dalamnya), sehingga VNIR spectroscopy memungkinkan kita untuk dapat membedakan kandungan
mineral yang berada dalam sampel endapan danau.”
Walaupun teknik
ini relatif masih baru untuk diterapkan pada endapan danau di bumi, namun
metode ini dapat dilakukan dari jarak jauh hanya dengan memanfaatkan cahaya
matahari yang terpantulkan. Dengan demikian, teknik ini secara umum dapat digunakan
untuk mempelajari mineralogi dan komposisi dari permukaan tubuh objek angkasa
luar lainnya, termasuk Mars.
Goudge
mengatakan, “penelitian kami menunjukkan bahwa kita dapat menggunakan VNIR
spectroscopy untuk memahami evolusi dari iklim zaman lampau yang terekam oleh
sedimen danau. Maka dari itu, kami menyarankan untuk menerapkan pendekatan yang
sama dalam mempelajari endapan danau purba di planet Mars dengan resolusi yang
lebih tinggi, tentunya hal ini akan membantu untuk mengungkap sejarah dari
iklim purba planet Mars.
Danau Towuti
juga berada pada zona yang tersusun atas batuan ofiolit. Batuan tersebut kaya akan
unsur besi dan magnesium (mafik), sehingga lebih sesuai dengan kondisi permukaan
planet Mars yang bersifat mafik. Kondisi tersebut berbeda bila dibandingkan dengan
permukaan daratan bumi yang pada umumnya lebih bersifat felsik (kaya silika, aluminium,
sodium dsb). Walau pada kenyataannya kesesuaian komposisi keduanya tidak
sempurna, namun Goudge dan koleganya lebih ingin menekankan pada kemampuan
aplikasi dari teknik ini.
diterjemahkan dan disadur dari artikel berjudul Paleolake Deposits on mars Might Look Like Sediments in Indonesia dalam www.geologypage.com
0 Comments