Sebuah penelitian terbaru yang digagas oleh Universitas Southampton
berusaha mengetahui peran kenaikan
tingkat keasaman lautan akibat dampak asteroid yang membunuh dinosaurus, dalam kepunahan amonit dan organisme
plankton berbasis kalsit pada 66 juta tahun yang lalu.
Amonit merupakan salah satu kelompok moluska purba yang dahulu berenang bebas di
lautan dan saat ini umum dijumpai sebagai fosil. Amonit yang masih berelasi dengan Nautilus
di masa kini punah bersama dengan berakhirnya masa dinosaurus
pada waktu terjadinya tumbukan
asteroid di akhir zaman kapur. Bencana
ini memusnahkan 90% organisme plankton yang cangkangnya tersusun atas kalsium karbonat (coccolithophores dan foraminifera).
Bila dibandingkan, dampak
kepunahan akibat asteroid tidak begitu signifikan terhadap kelompok organisme mikro tidak bercangkang kalsium karbonat. Fakta ini mendukung adanya kemungkinan
peristiwa pengasaman laut sebagai dampak lanjutan dari tumbukan. Kondisi
ini sangat mungkin menyebabkan terjadinya selektivitas dalam kepunahan.
Peningkatan
kadar CO2 di bumi sebelumnya terjadi secara perlahan, sehingga
hanya berdampak relatif sangat kecil terhadap tingkat keasaman laut. Amonit dan plankton bercangkang gampingan lainnya masih dapat
mentolerir perubahan kimia laut ini. Sedangkan, dampak
asteroid sebaliknya, menyebabkan perubahan drastis yang terjadi dalam waktu singkat, sehingga tidak memungkinkan
bagi kelompok fauna tersebut untuk beradaptasi.
Pada pemodelan pertama mengenai pengasamaan
lautan yang diakibatkan oleh dampak asteroid, para peneliti mensimulasikan beberapa mekanisme
yang mampu memicu meningkatnya
keasaman laut, termasuk kebakaran hutan yang melepaskan
karbondioksida ke atmosfer (sebagaimana emisi karbondioksida dapat larut dalam air laut dan
menurunkan nilai pH lautan sehingga menjadi lebih
asam dan bersifat korosif pada cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat) dan penguapan
batuan gipsum yang menyebabkan terbentuknya asam sulfur atau hujan asam yang mengendap di permukaan laut.
Namun para
peneliti menyimpulkan bahwa tingkat keasaman yang terjadi terlalu kecil untuk memicu kepunahan organisme yang
tersusun dari kalsium karbonat.
Profesor Toby Tyrell dari departemen
Ilmu Laut dan Bumi Universitas Southampton, yang juga termasuk dalam tim peneliti mengatakan, “sementara hasil dari berbagai permodelan
mekanisme dampak tumbukan asteroid yang harusnya dapat membuat permukaan laut menjadi lebih
asam, hasil penyelidikan kami sebaliknya, menunjukkan bahwa perubahan tingkat keasamaan dianggap tidak cukup untuk memicu kepunahan global. Di antara
faktor-faktor yang dipertimbangkan pada simulasi model kami, hanya satu simulasi (asam sulfur) yang mampu mengubah permukaan laut menjadi sangat
korosif terhadap unsur
kalsit. Walaupun demikian, kondisi ini tetap membutuhkan
sulfur dalam jumlah besar agar dapat terjadi.
Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah peristiwa pengasaman laut sungguh pernah terjadi?
Mekanisme kepunahan alternatif
lainnya yang mungkin
terjadi di akhir zaman dinosaurus, seperti kondisi
dunia dalam kegelapan intens dan dalam waktu lama akibat berbagai
material pasir dan
debu yang dilontarkan ke atmosfer, juga harus terus diselidiki.
Penelitian ini yang dipublikasikan dalam Proceedings
of National Academy of Sciences (PNAS), melibatkan para peneliti dari Universitas Southampton dan Leibniz Center for Tropical Marine Ecology. Proyek ini menerima bantuan dana dari European Project on
Ocean Acidification dan
bantuan dana dari NERC, Defra dan DECC ke
UK Ocean Acidification Programme (grant no. NE/H017348/1).
Disadur dan diterjemahkan dari artikel berjudul Did Ocean Acidification From Asteroid Impact that Killed The Dinosaurs Cause Extinction of Marine Molluscs? dalam www.geologypage.com
1 Comments
ijin copy yah kak
ReplyDeletealamat alfamart