Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Penelitian Mengungkap Gempa Bumi Bukan Penyebab Munculnya Lumpur Sidoarjo

Gunung api lumpur tiba-tiba muncul di Kota Sidoarjo Jawa Timur Indonesia pada Mei 2006 silam. Erupsi terus berlangsung hingga sembilan tahun kemudian yang mengakibatkan lebih dari 6,5 km2 wilayah kota Sidoarjo terkubur dalam lumpur dengan ketebalan endapan mencapai 40 m. Kondisi ini memaksa 40.000 penduduk harus dievakuasi dari lokasi tersebut. Kerugian yang diakibatkan oleh bencana ini ditaksir lebih dari $2,7 Amerika.

Hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience, secara langsung membidik topik kontroversi yang diperdebatkan mengenai penyebab munculnya lumpur di Kota Sidoarjo, sebut ketua tim peneliti Dr. Mark Tingay, pembantu profesor dari Australian School of Petroleum Universitas Adelaide.

 

Foto udara yang menunjukkan pusat semburan lumpur dan kondisi di sekitarnya. Beberapa teori muncul untuk menjelaskan penyebab munculnya lumpur Sidoarjo ini, salah satunya adalah blowout
Foto udara yang menunjukkan pusat semburan lumpur dan kondisi di sekitarnya. Beberapa teori muncul untuk menjelaskan penyebab munculnya lumpur Sidoarjo ini, salah satunya adalah blowout (www.nytimes.com)

Beberapa ahli berpendapat bahwa gunung api lumpur tersebut terbentuk akibat ulah manusia akibat kecelakaan selama proses pengeboran (blowout) pada salah satu sumur gas di sekitar lokasi. Sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa bencana tersebut adalah suatu kejadian alami yang dipicu dari jarak jauh oleh getaran gempa bumi Yogyakarta, yang berjarak 250 Km dari lokasi semburan pada 2 hari sebelumnya. Penelitian yang kami lakukan ini membuktikan bahwa semburan lumpur Lapindo sama sekali bukan disebabkan oleh gempa bumi”, ungkap Dr. Tingay.

Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Tingay dan koleganya di Amerika (Universitas Portland; Universitas California, Berkeley) serta Inggris (Universitas Newcastle) merupakan penyelidikan pertama yang menggunakan data fisik aktual, yang dikumpulkan pada waktu sebelum dan sesudah gempa bumi terjadi. Penelitian ini lebih dari sekadar permodelan maupun perbandingan seperti pada eksperimen-eksperimen yang telah ada.

Teori tentang semburan lumpur yang dipicu oleh gempa menyebutkan bahwa getaran seismik memicu likuifaksi pada lapisan lempung di bawah lokasi bencana. Likuifaksi pada lapisan lempung diketahui selalu terbentuk karena dipicu oleh adanya pelepasan gas secara besar-besaran. Munculnya pelepasan gas yang selama ini diperdebatkan dianggap mendorong terbentuknya aliran lumpur ke atas dan mengerupsi di permukaan. Namun, kami telah melakukan pemeriksaan secara teliti dan berkelanjutan terhadap pergerakan-pergerakan gas bawah permukaan dari sumur di dekat pusat semburan, dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat pelepasan gas setelah gempa berlangsung”, sebut Dr. Tingay.

Batuan di daerah tersebut sama sekali tidak menunjukkan reaksi tertentu terhadap gempa. Ditambah lagi, hasil pengukuran juga menekankan bahwa gangguan aktivitas bawah tanah sebelum semburan lumpur terjadi hanya dapat dipicu pada saat dilakukan pemboran. Kedua hal ini dengan kuat membuktikan bahwa bencana mengerikan ini tidak mungkin terjadi karena dipicu oleh gempa bumi.

 

Likuifaksi adalah salah satu fenomena geologi yang terpicu akibat gempa bumi. Beberapa ahli berpendapat gempa bumi Yogyakarta 2006 silam adalah penyebab munculnya lumpur Sidoarjo
Likuifaksi adalah salah satu fenomena geologi yang terpicu akibat gempa bumi. Beberapa ahli berpendapat gempa bumi Yogyakarta 2006 silam adalah penyebab munculnya lumpur Sidoarjo (www.geostru.eu)

Kami juga menggunakan pendeteksi gas yang diaplikasikan ke beragam batuan berbeda serta lokasi semburan lumpur itu sendiri untuk mendeteksi sumber awal dari fluida erupsi. Hasilnya menunjukkan bahwa fluida semburan lumpur berasal dari lapisan batuan yang letaknya jauh di bawah permukaan tanah, yang diperkirakan hanya dapat muncul bila pengeboran dilakukan. Berpijak pada kedua penyelidikan ini, kami percaya bahwa semburan lumpur terjadi akibat faktor manusia. “Tim peneliti berharap penemuan ini dapat mengakhiri perdebatan mengenai pemicu terjadinya bencana ini”, tutup Dr. Tingay.

 

Disadur dari artikel berjudul Earthquake Not To Blame for Indonesian Mud Volcano (2015) dalam www.geologypage.com

 

Post a Comment

0 Comments