Menurut sebuah penelitian yang
dipublikasikan pada jurnal sains yang ikut ditulis oleh Liza Comita, seorang peneliti gabungan dari Institut Smithsonian
Tropical Research di Panama menyebutkan
bahwa, dinamika di masa lampau dan faktor geologi adalah dua hal yang
mempengaruhi mengapa hutan tropis menjadi
sangat “kaya” dari berbabagi macam sisi,
bukan karena pengaruh kondisi ekologi masa kini seperti yang dipercaya
sebelumnya.
Batang pohon yang terfosilisasi menyimpan informasi tentang terjadinya perubahan iklim yang sangat drastis pada 12.000 tahun yang lalu (sumber: www.geologypage.com) |
Pemahaman akan proses ekologis baru ini juga dianggap terjadi secara global. Perbedaan di antaranya hanya ditemukan pada organisme pada masing-masing hutan tropis yang telah terakumulasi selama periode waktu yang sangat lama, ungkap Nathan J. B. Kraft, seorang mahasiswa post-doktoral dari Universitas British Columbia yang memimpin tim penelitian ini.
“Penelitian ini menunjukkan bagaimana pengumpulan data dengan menggunakan metode
yang sama pada berbagai tempat di seluruh dunia, serupa dengan apa yang kami lakukan pada Pusat Ilmu Hutan Tropis Smithsonian
Institution Global Earth Observatories Network. Proyek ini telah memberikan
suatu ide
baru pada proses yang membentuk komunitas lingkungan”, kata Comita, seorang mantan mahasiswa
post-doktoral
di Pusat Nasional untuk Sintesis dan
Analisis Ekologi, yang saat ini bekerja sebagai asisten
profesor di Universitas Negeri
Ohio. “Kami menemukan bahwa pencatatan variasi biodiversitas dari satu tempat ke tempat yang lain, atau disebut diversitas
beta, sebenarnya
sangat mirip sebagaimana anda bergerak dari wilayah hutan tropis menuju ke daerah kutub ketika anda mencatat jumlah spesies yang hadir sedari awal”.
Hutan di Kanada dan Eropa mungkin memiliki banyak
kesamaan dengan hutan hujan tropis daripada
yang dipikirkan sebelumnya. “Kami melihat bahwa pola
biodiversitas dapat dijelaskan bukan melalui pemahaman proses ekologi masa kini
yang hanya menyingkap kejadian diversifikasi selama satu atau dua generasi
sebelumnya saja, melainkan melalui pemahaman dalam konteks rentang waktu dalam dinamika masa lampau yang berlangsung sangat lama, serta
peristiwa-peristiwa geologi yang muncul dalam kurun waktu tersebut”, ungkap Kraft, yang akan bergabung
dengan fakultas di Universitas
Maryland tahun depan.
“Fosil-fosil sisa kehidupan masa
lampau menggambarkan pola yang serupa”, menurut peneliti dari Institut Smithsonian Tropical Research, Aaron O’Dea, co-author,
bersama William Renema dan lainnya. Dalam artikel penelitian pada tahun 2008, menunjukkan bahwa titik biodiversitas laut
dapat ditelusuri jejaknya kembali ke suatu daerah purba yang dibentuk oleh aktivitas tektonik. Sejarah geologi menyibak
bahwa glasiasi (zaman es) dan kepunahan massal memiliki dampak berkelanjutan pada struktur
komunitas biologi. Kejadian tersebut menjadi saksi
kehancuran yang terjadi ketika suatu kumpulan biodiversitas mengalami kepunahan. Suatu ancaman yang sama sedang kita hadapi di
masa kini.
Tim peneliti yang di dalamnya termasuk
maksud peneliti dari institusi Amerika, Kanada dan Selandia Baru, yang didukung oleh Pusat Nasional untuk Sintesis dan Analisis Ekologi
Amerika, serta Badan Ilmu Pengetahuan Nasional.
Referensi:
Maren Pauly,
Gerhard Helle, Cécile Miramont, Ulf Büntgen, Kerstin Treydte, Frederick Reinig,
Frédéric Guibal, Olivier Sivan, Ingo Heinrich, Frank Riedel, Bernd Kromer,
Daniel Balanzategui, Lukas Wacker, Adam Sookdeo, Achim Brauer. Subfossil trees suggest enhanced
Mediterranean hydroclimate variability at the onset of the Younger Dryas.
Scientific Reports, 2018; 8 (1) DOI: 10.1038/s41598-018-32251-2
Diterjemahkan dan disadur dari artikel berjudul "What Makes Rainforest Unique? History, Not Ecology" dalam www.geologypage.com
1 Comments
ajoqq^^com
ReplyDeletemau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajoqq^^com...
segera di add Whatshapp : +855969190856